Berita Daerah

Sinergi Dua Warisan Gerakan: BKPRMI Lampung “Ndderek Langkung” ke Muhammadiyah

140
×

Sinergi Dua Warisan Gerakan: BKPRMI Lampung “Ndderek Langkung” ke Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini

Bandar Lampung, SniperNew.id – Suasana penuh kehangatan dan semangat kebersamaan mengisi kunjungan silaturahim yang dilakukan oleh DPW BKPRMI Provinsi Lampung (Dewan Pengurus Wilayah Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) kepada PWM Lampung (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung) pada Jumat, 17 Oktober 2025, pukul 14.00 WIB hingga selesai, di kantor PWM Lampung, Sabtu (18/10/25).

Rombongan BKPRMI Lampung dipimpin langsung oleh Ketua Umum DPW, Ahmad Khairudin Syam, yang memilih momentum ini sebagai bentuk “ndderek langkung” – ungkapan lokal yang bermakna mengikuti atau belajar dari yang telah lebih dahulu – sebagai bagian dari komitmen memperkuat kolaborasi bersama Muhammadiyah dalam pembinaan generasi muda dan dakwah berbasis masjid di Provinsi Lampung.

Kunjungan tersebut diterima dengan penuh rasa kekeluargaan oleh Ketua PWM Lampung, Prof. Dr. H. Sudarman, M.Ag., yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama di UIN Raden Intan Lampung. Prof. Sudarman menjelaskan bahwa pertemuan ini bukan sekadar kunjungan simbologi, melainkan bagian dari upaya membangun sinergi riil antara dua organisasi yang berdiri di ruang dakwah-masjid dan pengembangan pemuda. Sebagai catatan, Prof. Sudarman terpilih sebagai Ketua PWM Lampung periode 2022-2027 melalui proses Musyawarah Wilayah ke-26.

Kedatangan rombongan BKPRMI disambut hangat di sekretariat PWM Lampung, Jalan Piere Tendean No. 7, Palapa Durian Payung, Bandar Lampung. Pertemuan diawali dengan pembukaan ringan oleh tuan rumah, dilanjutkan sambutan Ketua Umum DPW BKPRMI Lampung, kemudian paparan dari Ketua PWM Lampung. Seluruh peserta duduk melingkar dalam suasana informal – cangkir kopi dan gelak tawa menjadi jembatan keakraban antara pengurus kedua lembaga.

Prof. Sudarman membuka dengan pengantar visi besar Muhammadiyah di Lampung: “Kami ingin masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi sebagai pusat pembinaan iman, akhlak, dan intelektual. Dan pemuda remaja masjid adalah garda depan dari proses ini.” Ia menyampaikan dua program unggulan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh PWM Lampung: pelatihan manajemen marbot Muhammadiyah dan penguatan Korps Mubaligh Muhammadiyah. Program manajemen marbot dirancang untuk meningkatkan kapasitas pengelola masjid agar mampu menjalankan fungsi masjid sebagai pusat sosial-keagamaan secara optimal, sedangkan Korps Mubaligh ditujukan untuk memperkuat dakwah melalui figur-figur mubaligh yang profesional dan kontekstual.

Menanggapi paparan tersebut, Ahmad Khairudin Syam menyatakan bahwa BKPRMI Lampung melihat kunjungan ini sebagai bagian dari niat untuk “ndderek langkung”  bukan sekadar meniru, tetapi belajar dan melanjutkan semangat yang telah dibangun Muhammadiyah. “Kami datang dengan hati terbuka, ingin mempererat silaturahim serta menjajaki bagaimana pemuda-remaja masjid di Lampung bisa berkolaborasi dengan Muhammadiyah dalam penguatan masjid dan dakwah generasi muda,” ucapnya. Ia menambahkan bahwa BKPRMI Lampung berharap agar masjid-masjid yang dibina oleh pemuda remaja dapat menjadi “laboratorium” dakwah kreatif dan gerakan keumatan yang melibatkan pemuda.

Diskusi kemudian beralih ke bagaimana kedua organisasi dapat bersinergi: misalnya pembentukan program bersama pelatihan pemuda masjid, pertukaran fasilitator antara BKPRMI dan Muhammadiyah, serta penyelarasan agenda dakwah dan pendidikan pemuda di tingkat provinsi. Kedua belah pihak sepakat bahwa kerja sama yang berjalan tidak hanya bersifat satu-arah, melainkan kolaborasi yang saling menguatkan.

Kunjungan ini memiliki makna strategis bagi kedua organisasi. Di satu sisi, BKPRMI sebagai organisasi pemuda masjid yang telah lama hadir di Lampung memiliki potensi besar dalam merangkul generasi muda, khususnya di lingkungan masjid. Sebagaimana diwartakan sebelumnya, Pemerintah Provinsi Lampung melalui dukungannya menyebut bahwa BKPRMI telah menjadi garda terdepan dalam pemberdayaan generasi muda Islam, khususnya di lingkup masjid.

Di sisi lain, Muhammadiyah melalui PWM Lampung memiliki pengalaman, struktur dan program yang mapan  termasuk pembinaan masjid, pendidikan, dakwah dan sosial-kemasyarakatan  yang dapat menjadi platform “belajar dan berjejaring” bagi pemuda-pemuda masjid yang dibina BKPRMI.

Strategi kolaborasi antara keduanya bisa mencakup beberapa poin, antara lain. Pelatihan bersama: Pemuda-remaja masjid yang tergabung dalam BKPRMI dapat mengikuti modul pelatihan marbot dan mubaligh yang selama ini dicanangkan Muhammadiyah.

Pembinaan masjid berbasis pemuda: Program pemuda-masjid (masjid yang dikelola oleh pemuda aktif) yang disinergikan antara BKPRMI dan PWM agar masjid menjadi episentrum kegiatan keagamaan, sosial, kreatif, maupun ekonomi kecil.

Jaringan fasilitator dan mentor: Fasilitator dari Muhammadiyah bisa berbagi pengalaman dengan pengurus BKPRMI, dan sebaliknya pemuda BKPRMI bisa membawa energi baru bagi aktivitas Muhammadiyah di tingkat ranting dan masjid.

Program dakwah pemuda dengan gaya kontekstual: Pemuda BKPRMI, didukung dengan pembinaan Muhammadiyah, dapat merancang dakwah kreatif melalui media sosial, komunitas, kegiatan masjid-remaja, yang relevan dengan perkembangan zaman.

Sinergi amal usaha masjid: Kolaborasi dalam pengembangan usaha kecil di lingkungan masjid, misalnya kedai kopi remi, pusat komputer remaja, atau program ekonomi kreatif anak muda yang diwadahi oleh masjid-BKPRMI-Muhammadiyah.

Melalui strategi tersebut, diharapkan kedua organisasi mampu mewujudkan visi bersama: masjid sebagai pusat pembinaan umat yang inklusif, produktif dan adaptif terhadap dinamika generasi muda.

Meski penuh optimisme, sejumlah tantangan masih perlu diantisipasi agar kolaborasi ini berjalan efektif. Beberapa di antaranya:

Penguatan kapasitas lokal: Di tingkat kecamatan atau ranting, pemuda-remaja masjid mungkin belum sepenuhnya siap dari sisi manajemen, fasilitasi, maupun sumber daya. Maka pelatihan lanjutan dan pendampingan diperlukan.

Sinergi lintas organisasi: Terkadang program organisasi berbeda visi atau metode. Kedua pihak harus menjaga agar kolaborasi tidak hanya simbolik tetapi menghasilkan “output” nyata di lapangan.

Pengukuran hasil: Agar kerja sama tidak sekadar surat-keputusan dan protokol, perlu dirancang indikator keberhasilan seperti jumlah masjid yang dikelola aktif oleh pemuda, jumlah pelatihan yang dijalankan, derajat keterlibatan pemuda, serta dampak sosialnya.

Keberlanjutan program: Sering kali program awal terlihat semarak, tetapi kelanjutannya terhenti. Untuk itu, perlu dibuat rencana jangka panjang dengan pembiayaan, pendampingan, serta monitoring yang konsisten.

Kontekstualisasi lokal: Lampung memiliki karakteristik sosial-budaya dan demografi yang khas – diaspora transmigran, pluralitas suku dan agama – sehingga program harus relevan dengan realitas lokal. Menariknya, Prof. Sudarman sendiri sebagai ketua PWM Lampung dikenal sebagai anak transmigran dan penggerak kebhinekaan di Lampung.

Berdasarkan diskusi di pertemuan, kedua organisasi menegaskan harapan bahwa kolaborasi ini bukan hanya untuk “kemampuan internal organisasi” tetapi untuk kemaslahatan umat, khususnya generasi muda di Provinsi Lampung. Salah satu harapan yang diungkapkan oleh Ahmad Khairudin Syam adalah munculnya “gelombang baru” pemuda-masjid yang kreatif, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan zaman yang dilandasi dakwah social keumatan.

Di akhir pertemuan, disepakati beberapa langkah konkret yang akan dilakukan dalam tempo dekat:

1. Pembentukan tim kerja bersama antara BKPRMI Lampung dan PWM Lampung untuk merancang skema program pelatihan marbot dan mubaligh yang diadaptasi untuk konteks pemuda-masjid.

2. Penjadwalan workshop bersama yang akan dilaksanakan di salah satu masjid besar di Bandar Lampung atau kabupaten lainnya sebagai pilot project kolaborasi.

3. Identifikasi 5-10 masjid/pemuda-remaja masjid yang bersedia menjadi “masjid demo” model pengelolaan yang melibatkan pemuda aktif, dan dikawal dari sisi manajemen dan dakwah.

4. Penyusunan MoU kerjasama antar-organisasi yang memuat hak dan kewajiban kedua pihak, termasuk dalam hal sumber daya, fasilitator, monitoring, dan evaluasi program.

5. Komunikasi rutin dan kunjungan tim lintas organisasi–misalnya BKPRMI mengunjungi amal usaha Muhammadiyah, dan sebaliknya. Hal ini untuk memperkuat kebersamaan dan saling belajar.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kerja sama ini akan segera terlihat hasilnya dalam enam sampai dua belas bulan mendatang — baik dari sisi peningkatan kapasitas pengelola masjid, keterlibatan pemuda, maupun dampak sosial-keagamaan di lapangan.

Kunjungan BKPRMI Lampung ke PWM Lampung pada 17 Oktober 2025 adalah bukti nyata bahwa organisasi pemuda dan gerakan dakwah keagamaan dapat bersinergi di atas rasa kekeluargaan, keakraban, dan visi bersama. Bahasa lokal “ndderek langkung” dalam ungkapan BKPRMI tidak hanya menyiratkan hormat atau mengikuti, tetapi tekad untuk terus belajar, menguatkan diri, dan melangkah bersama menuju dakwah yang lebih relevan, produktif, dan berkelanjutan.

Melihat latar belakang Ketua PWM Lampung yang memiliki rekam jejak dalam pengembangan kebhinekaan dan pendidikan termasuk penghargaan-penghargaan yang diraih di bidang pembangunan transmigrasi, kebhinekaan dan keagamaan di Lampung maka kolaborasi ini membawa harapan bahwa sinergi ini akan lebih dari sekadar simbolik.

Bagi generasi muda Lampung remaja masjid, pemuda penggerak dakwah, dan elemen masyarakat luas kerja sama ini membuka peluang besar untuk mengaktualisasikan peran masjid sebagai pusat kebangkitan generasi yang cerdas, berakhlak, dan berkreativitas.

Dengan landasan silaturahim yang kokoh dan komitmen yang tertuang, semoga kolaborasi ini menjadi titik awal kebangkitan baru di dunia pemuda, masjid, dan dakwah di Provinsi Lampung. (Sufiyawan).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *