Tangerang Selatan, SniperNew.id – Aktivitas tak biasa tampak di salah satu gerbong KRL Commuter Line jurusan Tanah Abang–Rangkasbitung pada Selasa (7/10) pagi. Sejumlah pedagang terlihat sibuk menurunkan muatan barang dagangan mereka di Stasiun Sudimara, Jombang, Tangerang Selatan. Pemandangan itu sempat terekam dan diunggah akun media sosial @jalur5 melalui platform Threads, dengan keterangan video dari pengguna @elferezh22.
Dalam unggahan tersebut, terlihat beberapa pedagang membawa karung besar berisi sayur-mayur dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Mereka memanfaatkan rangkaian kereta di jam-jam keberangkatan awal untuk mengangkut barang menuju Pasar Jombang, salah satu pasar tradisional di wilayah Tangerang Selatan.
Dalam keterangan unggahan, akun @jalur5 menulis. “Selasa (7/10), sejumlah pedagang terlihat menurunkan muatan barang dari KRL di Stasiun Sudimara (Jombang), Tangerang Selatan. Sebagian pedagang Pasar Jombang Tangsel memanfaatkan KRL di jam-jam keberangkatan awal untuk transportasi barang jualan mereka.”
Unggahan ini menyertakan tagar #CommuterLine dan #7TahunJalur5, serta video yang memperlihatkan suasana di dalam gerbong KRL yang cukup padat. Dalam video berdurasi singkat tersebut, tampak pedagang mengangkat karung berwarna merah dan hijau berisi sayuran, sementara penumpang lain tampak berusaha memberi ruang di tengah kepadatan.
Mereka yang terekam dalam video adalah para pedagang kecil dari Pasar Jombang, Tangerang Selatan, yang memanfaatkan KRL sebagai sarana angkutan barang jualan mereka. Para pedagang ini sebagian besar berangkat dari stasiun-stasiun di jalur Rangkasbitung seperti Parungpanjang, Cilejit, dan Maja dan turun di Stasiun Sudimara untuk melanjutkan perjalanan ke pasar.
Selain para pedagang, penumpang reguler juga tampak dalam video. Sebagian terlihat menatap penasaran, sebagian lainnya tampak terbiasa dengan situasi itu tanda bahwa aktivitas seperti ini bukan hal baru di jam-jam dini hari.
Fenomena ini memperlihatkan bagaimana KRL dimanfaatkan sebagai moda transportasi alternatif untuk distribusi barang dagangan kecil. Dengan biaya yang relatif murah, akses cepat, serta jadwal keberangkatan pagi hari yang sesuai dengan waktu operasional pasar, para pedagang menjadikan KRL sebagai pilihan efektif untuk membawa hasil dagangannya.
Namun, di sisi lain, kegiatan ini juga menimbulkan potensi masalah kenyamanan dan keselamatan, terutama ketika dilakukan pada jam-jam padat. Pihak KAI Commuter sebelumnya telah mengatur larangan membawa barang berlebihan ke dalam kereta, terutama barang yang mengganggu kenyamanan atau berpotensi membahayakan penumpang lain.
Kejadian terekam di Stasiun Sudimara, wilayah Jombang, Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Stasiun ini dikenal sebagai salah satu titik transit penting di lintas Tanah Abang–Rangkasbitung, yang juga menjadi akses utama bagi warga Tangsel menuju Jakarta atau sebaliknya.
Dari video yang dibagikan, tampak suasana pagi di dalam gerbong cukup ramai. Para pedagang menumpuk karung berisi sayur di dekat pintu keluar kereta. Saat pintu terbuka di Stasiun Sudimara, mereka dengan sigap menurunkan barang-barang itu sebelum kereta kembali melanjutkan perjalanan.
Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa, 7 Oktober 2025, di jam-jam keberangkatan awal pagi hari—waktu yang biasanya digunakan para pedagang untuk menyalurkan barang dagangan mereka ke pasar-pasar lokal. Unggahan @jalur5 dibuat sekitar tiga jam setelah kejadian, dan telah mendapat lebih dari 6.000 tayangan di Threads.
Beberapa alasan yang membuat pedagang memanfaatkan KRL Commuter Line sebagai sarana transportasi dagangan antara lain: Efisiensi waktu Kereta berangkat tepat waktu dan menembus berbagai wilayah tanpa hambatan lalu lintas.
Biaya murah Harga tiket KRL relatif terjangkau dibandingkan ongkos angkut barang dengan kendaraan pribadi atau sewa mobil bak terbuka. Akses langsung ke pusat kota Jalur Commuter Line melintasi banyak pasar tradisional besar di sekitar Jabodetabek. Ketersediaan jadwal pagi hari Waktu keberangkatan awal cocok dengan jadwal buka pasar dan aktivitas jual-beli subuh.
Namun, penggunaan KRL untuk mengangkut barang dalam jumlah banyak juga bisa menimbulkan risiko gangguan kenyamanan bagi penumpang reguler dan pelanggaran aturan angkutan penumpang.
Video yang dibagikan oleh @elferezh22 itu menuai beragam komentar dari warganet. Sebagian memahami kondisi para pedagang kecil yang berjuang di tengah keterbatasan ekonomi, namun ada pula yang menyoroti potensi gangguan bagi penumpang lain.
Beberapa komentar menganggap fenomena ini sebagai potret nyata ekonomi rakyat kecil yang memanfaatkan fasilitas umum demi bertahan hidup. “Selama tidak mengganggu dan dilakukan di jam sepi, ya tidak masalah,” tulis seorang pengguna di kolom tanggapan.
Namun, ada pula yang berharap KAI Commuter lebih tegas dalam menegakkan aturan demi kenyamanan bersama. “Kalau semua bawa barang sebanyak itu, nanti bisa penuh sebelum sampai Tanah Abang,” ujar pengguna lainnya.
Menurut ketentuan KAI Commuter, penumpang hanya diperbolehkan membawa barang bawaan dengan ukuran dan jumlah tertentu. Barang tidak boleh melebihi batas ukuran 100x40x30 cm dan tidak boleh menimbulkan bau, kotoran, atau risiko keselamatan.
Dalam kasus seperti yang terlihat di Stasiun Sudimara, jika barang-barang tersebut termasuk dalam kategori berlebihan, seharusnya diangkut melalui jalur logistik, bukan dengan rangkaian kereta penumpang reguler.
Kendati demikian, pengawasan di lapangan sering kali sulit dilakukan secara menyeluruh, terutama pada jam-jam keberangkatan awal ketika jumlah petugas terbatas.
Fenomena pedagang menggunakan KRL bukan hal baru di kawasan Jabodetabek. Sejak beberapa tahun terakhir, para pedagang kecil dari wilayah pinggiran seperti Lebak, Serpong, dan Parungpanjang memang kerap membawa hasil pertanian atau barang dagangan dengan KRL menuju pasar-pasar tradisional di kota.
Situasi ini menunjukkan ketimpangan akses transportasi logistik mikro, di mana pedagang kecil belum memiliki sarana memadai untuk mengangkut barang secara efisien dan murah. Di sisi lain, sistem angkutan umum seperti KRL tetap menjadi satu-satunya pilihan yang bisa dijangkau.
Sejumlah pengamat transportasi publik juga menilai bahwa fenomena ini mencerminkan kebutuhan mendesak akan transportasi logistik mikro terintegrasi, yang bisa melayani pedagang kecil tanpa mengganggu kenyamanan penumpang umum.
Kejadian di Stasiun Sudimara pada Selasa, 7 Oktober 2025, menjadi potret keseharian unik di jalur Commuter Line: pertemuan antara mobilitas ekonomi rakyat kecil dengan sistem transportasi publik perkotaan.
Di satu sisi, tindakan para pedagang menggambarkan ketangguhan dan kreativitas warga kecil dalam mencari nafkah. Namun di sisi lain, fenomena ini juga menjadi catatan penting bagi pengelola KRL untuk terus menyeimbangkan antara aspek kemudahan akses ekonomi dan kenyamanan publik.
Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak KAI Commuter terkait kejadian tersebut. Namun, unggahan @jalur5 telah menjadi bahan diskusi publik yang menggambarkan realitas sosial di balik perjalanan pagi di rel commuter Jabodetabek.
Penulis: (Redaksi SniperNew.id)
Sumber: (Threads @jalur5 | Video oleh @elferezh22), Tanggal: 7 Oktober 2025.












