Berita Peristiwa

Tragedi Konten Berujung Petaka: Dua Pelajar Diduga Tenggelam Usai Terjun dari Jembatan Pelangi Tegal

332
×

Tragedi Konten Berujung Petaka: Dua Pelajar Diduga Tenggelam Usai Terjun dari Jembatan Pelangi Tegal

Sebarkan artikel ini

Tegal, SniperNew.id – Warga Tegal digemparkan dengan kabar tenggelamnya dua remaja yang diduga merupakan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA), setelah keduanya nekat terjun dari Jembatan Pelangi yang melintang di atas Sungai Perpil, Tegal. Peristiwa ini terjadi pada Kamis sore, 16 Oktober 2025, dan hingga berita ini diturunkan, kedua korban masih dalam pencarian tim SAR gabungan, Jumat (16/10/2024).

Kabar awal mengenai kejadian tragis tersebut beredar luas melalui unggahan akun media sosial info.cigadung, yang membagikan kronologi singkat dan potongan video memperlihatkan dua remaja berdiri di atas struktur jembatan berwarna mencolok itu sebelum akhirnya terjun ke sungai. Dalam unggahan yang beredar, disebutkan bahwa aksi tersebut diduga dilakukan dalam rangka membuat konten video untuk media sosial.

“Dua remaja dikabarkan tenggelam usai terjun dari jembatan pelangi ke sungai Perpil Tegal sore tadi. Dua pelajar SMA tersebut diduga tengah membuat konten video, direkam temannya yang tak bisa berenang,” tulis akun info.cigadung dalam unggahannya yang telah disebarluaskan ribuan kali di berbagai platform.

“Hingga saat ini kedua korban tengah dalam upaya pencarian tim SAR dan belum ada tanda-tanda ditemukan. Semoga semuanya selamat dan baik-baik saja,” lanjut unggahan tersebut.

Menurut informasi yang dihimpun dari sumber lapangan dan warga sekitar, kejadian bermula pada Kamis sore sekitar pukul 16.00 WIB. Dua remaja yang diketahui masih berseragam olahraga sekolah, datang bersama seorang teman lainnya ke kawasan Jembatan Pelangi yang menjadi salah satu spot favorit warga dan remaja untuk berswafoto.

Jembatan yang berwarna-warni itu memang sering dijadikan tempat membuat konten video pendek karena tampilannya yang mencolok dan pemandangannya yang menghadap langsung ke aliran Sungai Perpil. Dari keterangan warga, ketiga pelajar itu sempat terlihat tertawa dan menyiapkan kamera ponsel di sisi jembatan.

Beberapa menit kemudian, dua dari mereka terlihat berdiri di bibir jembatan bagian tengah, lalu meloncat ke sungai dengan ketinggian sekitar 10 meter. Teman mereka yang merekam kejadian itu diduga tidak bisa berenang, sehingga tidak mampu menolong saat kedua rekannya tidak muncul kembali ke permukaan air setelah terjun.

“Awalnya dikira hanya bercanda, tapi setelah beberapa menit nggak muncul-muncul, baru kami sadar itu serius,” ujar seorang warga yang berada tak jauh dari lokasi kejadian.

Kedua korban diketahui merupakan pelajar SMA di wilayah Tegal, namun identitas lengkapnya belum dipublikasikan secara resmi oleh pihak berwenang karena masih dalam proses pencarian dan pemberitahuan kepada keluarga. Berdasarkan kesaksian warga, keduanya masih berusia sekitar 16–17 tahun.

Teman mereka yang merekam video, sementara ini diamankan oleh pihak kepolisian untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Dari hasil pemeriksaan awal, diketahui bahwa mereka sama sekali tidak memperkirakan aksi tersebut akan berujung tragedi. Tujuan utama mereka hanyalah membuat konten video dengan gaya “lompat seru” dari jembatan, yang belakangan menjadi tren di media sosial lokal.

Jembatan Pelangi yang menjadi lokasi insiden terletak di jalur Sungai Perpil, kawasan Tegal bagian utara. Struktur jembatan berwarna-warni tersebut sudah lama menjadi ikon baru wisata lokal yang sering dikunjungi oleh warga sekitar, terutama pada sore hari. Namun, di balik keindahannya, arus sungai di bawah jembatan dikenal cukup deras dan dalam di beberapa titik, terutama setelah hujan.

Beberapa warga mengaku sering melihat remaja melakukan aksi berbahaya seperti melompat dari jembatan ke sungai, meski sudah ada tanda peringatan yang melarang aktivitas tersebut.

“Sudah sering kami lihat anak-anak muda melompat, tapi biasanya cuma sebentar dan langsung naik. Cuma yang ini beda, nggak muncul-muncul lagi,” ujar salah satu pedagang minuman di sekitar lokasi.

Insiden ini terjadi sekitar pukul 16.00 WIB, dan laporan resmi diterima oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tegal sekitar 30 menit kemudian. Tim SAR gabungan dari BPBD, kepolisian, serta relawan langsung dikerahkan ke lokasi untuk melakukan pencarian.

Pencarian dilakukan hingga malam hari dengan menggunakan perahu karet dan lampu sorot, namun belum membuahkan hasil. Arus sungai yang deras serta kondisi air yang keruh menjadi kendala utama dalam upaya pencarian.

“Kami akan melanjutkan pencarian hingga ditemukan. Tim masih menyisir radius 2 kilometer dari lokasi awal korban diduga tenggelam,” ujar salah satu petugas SAR dalam keterangannya kepada wartawan di lokasi.

Upaya pencarian juga melibatkan masyarakat sekitar yang ikut membantu dengan cara menyisir tepi sungai dan melaporkan setiap tanda yang mencurigakan.

Peristiwa ini diduga kuat dipicu oleh keinginan remaja tersebut untuk membuat konten media sosial yang menarik dan viral. Fenomena “konten ekstrem” seperti melompat dari ketinggian ke air, berselancar di sungai, atau menantang bahaya demi popularitas di dunia maya memang tengah marak di kalangan pelajar.

Pakar psikologi sosial, dalam berbagai kesempatan, sering mengingatkan bahwa remaja berada pada fase pencarian identitas dan mudah terpengaruh oleh tren digital tanpa memperhitungkan risiko nyata. Minimnya pengawasan orang tua dan tidak adanya batasan yang tegas dari platform digital kerap menjadi pemicu munculnya aksi-aksi nekat serupa.

“Bagi remaja, konten yang viral dianggap sebagai pencapaian sosial. Tapi sayangnya, mereka sering tidak sadar bahwa keselamatan jauh lebih penting dari popularitas sesaat,” jelas salah seorang pengamat pendidikan lokal yang dimintai komentar.

Pihak kepolisian setempat telah turun ke lokasi dan memasang garis pembatas di area jembatan untuk mencegah kejadian serupa. Pemerintah daerah juga berencana memasang papan peringatan tambahan dan meningkatkan patroli di sekitar kawasan tersebut, khususnya di waktu sore hari yang sering menjadi momen aktivitas anak muda.

Sementara itu, unggahan info.cigadung yang pertama kali mengabarkan kejadian tersebut kini telah mendapat ribuan komentar dari warganet. Banyak yang mengungkapkan keprihatinan dan berharap kedua korban segera ditemukan dalam keadaan selamat.

“Semoga cepat ditemukan dan semoga kejadian ini bisa jadi pelajaran buat yang lain,” tulis salah satu pengguna media sosial di kolom komentar.

Hingga Kamis malam, 16 Oktober 2025, pencarian terhadap dua pelajar SMA yang diduga tenggelam di Sungai Perpil, Tegal, masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan. Belum ada tanda-tanda keberadaan korban, dan keluarga masih menanti kabar dengan harapan terbaik.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa dalam era media sosial yang serba cepat, keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama di atas segalanya. Tren konten ekstrem yang berisiko tinggi seharusnya tidak dijadikan ajang pembuktian, karena satu langkah keliru dapat berujung pada kehilangan nyawa.

Semoga pencarian membuahkan hasil dan kedua korban segera ditemukan dalam keadaan selamat. (suatno/Red)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *