Berita Peristiwa

Pipa PT Vale Bocor, Sawah Warga Luwu Timur Tercemar: Warga Minta Tanggung Jawab Perusahaan

321
×

Pipa PT Vale Bocor, Sawah Warga Luwu Timur Tercemar: Warga Minta Tanggung Jawab Perusahaan

Sebarkan artikel ini

Luwu Timur, SniperNew.id – Warga Desa Lioka, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, digegerkan dengan bau menyengat bahan bakar yang tercium sejak Sabtu pagi (23/8/2025). Setelah ditelusuri, sumber bau tersebut berasal dari kebocoran pipa milik PT Vale Indonesia Tbk yang mengalir dari Malili menuju Sorowako. Insiden ini memicu keresahan warga karena aliran bahan bakar tersebut diduga mencemari saluran irigasi dan lahan persawahan warga.

Video kejadian ini pertama kali diunggah oleh akun Facebook @lilymalanti dan diberitakan oleh portal berita fin.co.id. Dalam video yang viral di media sosial itu, terlihat warga memeriksa saluran irigasi yang airnya tampak menghitam dan berbau menyengat. Beberapa warga juga memasang penghalang sederhana menggunakan batu dan batang kayu untuk mengurangi aliran cairan yang diduga mengandung minyak tersebut agar tidak semakin meluas ke lahan pertanian.

Bau ini bikin warga khawatir, karena sawah kami bisa rusak dan air untuk kebutuhan sehari-hari jadi tidak bisa dipakai,” ujar salah satu warga dalam rekaman video tersebut.

Kebocoran pipa bahan bakar ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat. Selain mengganggu aktivitas pertanian, warga khawatir pencemaran bahan bakar ini dapat berdampak pada kesehatan dan ekosistem sekitar. Air yang biasanya digunakan untuk mengairi sawah dan kebutuhan sehari-hari kini tercemar, membuat warga harus mencari sumber air alternatif.

Ketua Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Towuti, Amrullah, yang turun langsung memantau lokasi kebocoran, menilai kejadian ini sebagai bentuk kerusakan lingkungan serius. Ia mendesak pihak perusahaan segera melakukan langkah cepat untuk menghentikan kebocoran dan melakukan pemulihan lingkungan.

“Kami menilai insiden ini bukan hal sepele. Dampaknya langsung dirasakan masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab dan segera melakukan tindakan pemulihan,” tegas Amrullah dalam pernyataannya kepada media.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari warga dan pemberitaan, bau bahan bakar mulai tercium sejak Sabtu dini hari. Warga yang penasaran kemudian menelusuri sumber bau tersebut dan menemukan adanya cairan berwarna hitam yang keluar dari saluran irigasi. Setelah ditelusuri lebih jauh, aliran tersebut diketahui berasal dari pipa milik PT Vale Indonesia Tbk yang mengalir dari Malili menuju Sorowako.

PT Vale Indonesia Tbk adalah perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia yang memiliki jaringan pipa untuk mendukung operasional pertambangan dan pengolahan mineralnya. Kebocoran pipa di jalur ini diduga terjadi akibat faktor teknis yang hingga saat ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut.

Warga kemudian melaporkan temuan tersebut kepada pihak berwenang, termasuk pemerintah desa dan pihak perusahaan. Hingga Minggu pagi (24/8/2025), warga bersama aparat setempat masih berupaya melakukan penanggulangan darurat agar aliran bahan bakar tidak merembes lebih luas ke sawah dan pemukiman.

Desa Lioka dikenal sebagai salah satu sentra pertanian di Kecamatan Towuti. Banyak warga menggantungkan hidup dari hasil sawah yang kini terancam tercemar. Jika air irigasi terus tercemar bahan bakar, potensi kerugian bagi petani bisa mencapai puluhan juta rupiah per hektare akibat gagal panen.

Kalau airnya sudah tercemar minyak, padi tidak bisa tumbuh normal. Kita ini mau panen sebentar lagi, tapi kalau airnya rusak, ya habislah hasil panen kami,” keluh seorang petani yang diwawancarai di lokasi kejadian.

Selain sawah, aliran bahan bakar ini juga dikhawatirkan masuk ke kolam ikan dan sumber air bersih yang digunakan warga sehari-hari. Situasi ini membuat warga semakin cemas dan berharap ada langkah cepat dari pemerintah maupun perusahaan.

Hingga berita ini diturunkan, pihak PT Vale Indonesia Tbk belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kebocoran pipa tersebut. Namun, warga berharap perusahaan segera mengirimkan tim teknis untuk memperbaiki pipa, menanggulangi pencemaran, dan memberikan kompensasi kepada warga yang terdampak.

Aktivis lingkungan di Luwu Timur juga menyoroti pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam menangani insiden ini. “Perusahaan seharusnya memiliki SOP tanggap darurat yang cepat. Jangan sampai masyarakat menanggung dampaknya sendirian,” ujar seorang aktivis lingkungan yang meminta namanya tidak disebutkan.

Sementara itu, aparat desa dan kecamatan Towuti telah melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk memfasilitasi langkah penanggulangan. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Luwu Timur rencananya akan mengambil sampel air untuk diuji di laboratorium guna mengetahui tingkat pencemaran.

Ketua Pospera Towuti, Amrullah, menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengawal kasus ini agar masyarakat mendapatkan keadilan. Menurutnya, insiden ini harus menjadi peringatan bagi perusahaan-perusahaan tambang untuk lebih memperhatikan keselamatan lingkungan.

“Kalau pipa bahan bakar bisa bocor dan mencemari sawah warga, berarti ada yang tidak beres dalam pengawasan dan pemeliharaan infrastruktur perusahaan. Jangan sampai ada korban lebih banyak akibat kelalaian,” katanya.

Ia juga mendesak pihak kepolisian dan pemerintah daerah untuk menginvestigasi penyebab kebocoran secara mendetail dan memastikan ada langkah perbaikan jangka panjang.

Video kebocoran pipa ini dengan cepat menyebar di media sosial, khususnya Facebook dan Threads. Banyak netizen menyampaikan simpati kepada warga Desa Lioka dan mendesak pihak berwenang untuk segera bertindak.

Unggahan video di Threads oleh akun resmi fin.co.id yang menampilkan kondisi saluran irigasi penuh minyak dan warga yang berusaha melakukan penanggulangan darurat, telah ditonton ribuan kali hanya dalam beberapa jam. Banyak komentar warganet yang mengecam perusahaan tambang tersebut dan meminta adanya transparansi informasi terkait insiden ini.

Kasus kebocoran pipa ini kembali membuka diskusi publik tentang pengawasan perusahaan tambang dan dampaknya terhadap masyarakat sekitar. Luwu Timur merupakan salah satu daerah penghasil nikel terbesar di Indonesia, namun persoalan lingkungan seperti pencemaran air dan kerusakan lahan masih sering terjadi.

Pakar lingkungan Universitas Hasanuddin, Makassar, menilai insiden ini sebagai bukti perlunya regulasi yang lebih ketat. “Industri tambang memiliki risiko tinggi terhadap lingkungan. Pemerintah dan perusahaan harus serius memperketat standar keamanan infrastruktur seperti pipa penyalur bahan bakar dan limbah agar kejadian seperti ini tidak terulang,” ujarnya.

Warga Desa Lioka kini berharap ada langkah nyata dari PT Vale Indonesia Tbk dan pemerintah daerah untuk memperbaiki kondisi lingkungan mereka. Selain memperbaiki pipa yang bocor, warga juga menuntut adanya pembersihan saluran irigasi dan ganti rugi bagi petani yang sawahnya terdampak.

“Kami tidak mau janji-janji saja. Air bersih adalah kebutuhan pokok kami. Kalau perusahaan peduli, harus ada tindakan nyata,” kata seorang warga dengan nada tegas.

Peristiwa ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi semua pihak bahwa pengawasan lingkungan harus menjadi prioritas di tengah pesatnya aktivitas pertambangan. Warga meminta semua pihak duduk bersama untuk mencari solusi agar insiden serupa tidak terjadi di masa depan.

Kebocoran pipa bahan bakar milik PT Vale Indonesia Tbk di Desa Lioka, Kecamatan Towuti, Luwu Timur, bukan hanya menjadi masalah teknis perusahaan, tetapi juga krisis lingkungan yang berdampak langsung pada masyarakat. Pemerintah, perusahaan, dan pihak terkait harus segera mengambil langkah tanggap darurat, memulihkan ekosistem, serta memberikan kompensasi yang adil bagi warga. Insiden ini menjadi pengingat pentingnya keselamatan lingkungan dan perlindungan masyarakat di kawasan industri pertambangan. (Ahm)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *