Gunungkidul, SniperNew.id- Warga Kalurahan Kepek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, tengah bersiap menyambut sebuah acara budaya yang dinantikan banyak orang, yakni Kirab Gunungan. Acara ini digelar dalam rangka tradisi tahunan Bersih Desa atau yang sering disebut sebagai Rasul, Minggu (2/08).
Informasi mengenai agenda budaya ini tersebar luas melalui berbagai kanal media, termasuk pesan berantai WhatsApp, grup komunitas, hingga berbagai platform media sosial dengan tagar seperti #sekilas_gunungkidul, #gunungkidul, #wonosari, #karnaval, #kirab, dan #gunungan.
Kirab Gunungan merupakan tradisi budaya masyarakat Gunungkidul yang memiliki makna syukur atas rezeki dan hasil bumi yang telah diberikan. Dalam kirab ini, warga membawa “gunungan” atau tumpukan hasil bumi yang dibentuk seperti gunung, lengkap dengan sayur-mayur, buah-buahan, hingga berbagai makanan tradisional. Hiasan tersebut tidak hanya menjadi simbol kemakmuran, tetapi juga sarana untuk mempererat tali persaudaraan antarmasyarakat.
Menurut informasi yang tertera pada spanduk acara, Kirab Gunungan di Kepek akan dilaksanakan pada hari Sabtu Pahing, 23 Agustus 2025. Acara ini akan berlangsung meriah dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, dari anak-anak, pemuda, hingga para sesepuh desa. Semua berpartisipasi mengenakan pakaian adat tradisional dan berjalan bersama-sama membawa gunungan mengelilingi desa.
Selain kirab itu sendiri, biasanya terdapat berbagai rangkaian kegiatan lain yang memeriahkan acara Bersih Desa. Di antaranya adalah pentas seni tradisional seperti jathilan, reog, wayang kulit, dan pertunjukan musik daerah. Tak ketinggalan pula kuliner khas Gunungkidul seperti thiul, gaplek, dan cimol bojot yang bisa dinikmati oleh para pengunjung. Dari foto yang beredar, terlihat para warga yang tersenyum sambil membawa spanduk bertuliskan:
“KIRAB GUNUNGAN
Dalam Rangka Bersih Desa (Rasul) Kalurahan Kepek
Kapanewon Wonosari Kabupaten Gunungkidul
Sabtu Pahing, 23 Agustus 2025
Memetri Sih Kinasingh Sasami”
Kalimat terakhir yang tertulis di spanduk, “Memetri Sih Kinasingh Sasami”, memiliki makna mendalam: menjaga rasa kasih sayang dan kebersamaan antarwarga. Hal ini sejalan dengan filosofi kirab gunungan yang bukan hanya sekadar acara ritual, tetapi juga bentuk nyata kerukunan, gotong-royong, dan pelestarian budaya.
Acara ini turut mendapat perhatian dari berbagai komunitas media. Dalam salah satu pesan grup WhatsApp disebutkan berbagai pihak yang mendukung peliputan dan keamanan acara. Nama-nama seperti Metro TV, Gabungan Pers se-Indonesia, hingga Detektif Investigasi GWI (Gabungan Wartawan Indonesia) tercantum dalam pesan yang beredar. Tak ketinggalan pula grup komunitas wartawan seperti KiTa Satu Pena yang ikut memantau dan menyebarkan informasi.
Keterlibatan berbagai media tersebut menunjukkan bahwa acara budaya seperti ini bukan hanya milik warga lokal, tetapi juga menjadi daya tarik bagi masyarakat luas. Apalagi Gunungkidul selama ini dikenal dengan destinasi wisatanya yang menawan, mulai dari pantai-pantai eksotis hingga wisata budaya yang kental dengan tradisi.
Keamanan acara juga akan dipersiapkan dengan baik. Polsek setempat bersama pihak terkait akan melakukan pengamanan untuk memastikan kirab berlangsung aman, tertib, dan lancar. Dalam pesan grup WhatsApp disebutkan adanya keterlibatan aparat kepolisian seperti Polsek Bengkong dalam kegiatan serupa sebelumnya, dan pola ini kemungkinan juga akan diterapkan di Kepek.
Kirab Gunungan bukan sekadar tontonan, tetapi juga sarana untuk menghidupkan ekonomi lokal. Dengan hadirnya ribuan pengunjung, para pelaku UMKM dan pedagang kaki lima biasanya mendapatkan keuntungan besar. Penjual makanan tradisional, pernak-pernik, hingga jasa parkir ikut kebanjiran rezeki. Momentum seperti ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana budaya dan ekonomi dapat berjalan beriringan.
Tradisi Bersih Desa sendiri sudah dilakukan turun-temurun oleh masyarakat Jawa, khususnya di wilayah pedesaan seperti Gunungkidul. Dalam prosesi ini, warga melakukan doa bersama, bersyukur atas hasil bumi, sekaligus memohon perlindungan agar terhindar dari marabahaya. Ada nilai spiritual yang kuat sekaligus pesan sosial yang mendalam, yakni pentingnya menjaga harmoni antara manusia dengan sesama, manusia dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta.
Menariknya, acara seperti ini sering kali menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang penasaran dengan budaya lokal Indonesia. Dengan adanya promosi melalui media sosial dan keterlibatan media besar, potensi wisata budaya di Kepek bisa semakin dikenal luas. Hal ini sejalan dengan program pemerintah daerah yang ingin mengangkat potensi wisata budaya selain wisata alam.
Bagi masyarakat Kepek, kirab ini lebih dari sekadar ritual tahunan. Ini adalah wujud nyata cinta mereka terhadap tradisi dan leluhur. Mereka percaya bahwa selama tradisi ini terus dilestarikan, keberkahan dan kedamaian akan selalu menyertai desa. Tidak heran jika persiapan dilakukan secara gotong-royong berbulan-bulan sebelumnya. Mulai dari membuat gunungan, menyiapkan pakaian adat, latihan kesenian, hingga penataan jalur kirab agar semua berjalan lancar.
Selain itu, kirab juga menjadi media edukasi bagi generasi muda. Dengan ikut serta dalam acara ini, anak-anak dan pemuda Kepek dapat belajar tentang sejarah desa, nilai gotong royong, dan pentingnya menjaga tradisi. Dalam era modernisasi seperti sekarang, upaya melestarikan budaya lokal menjadi tantangan tersendiri. Namun, warga Kepek membuktikan bahwa tradisi tidak harus ditinggalkan, melainkan bisa berjalan selaras dengan perkembangan zaman.
Melihat antusiasme yang tinggi, masyarakat luar Kepek juga diundang untuk hadir dan ikut memeriahkan acara ini. Kirab Gunungan menjadi ajang berkumpul, bersilaturahmi, dan berbagi kebahagiaan. Bahkan, banyak pengunjung yang sengaja datang untuk berebut gunungan setelah prosesi kirab selesai, karena dipercaya membawa berkah.
Dengan segala rangkaian acara dan makna yang terkandung di dalamnya, Kirab Gunungan di Kepek bukan hanya hiburan, tetapi juga perayaan atas keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia. Acara ini menjadi pengingat bahwa di tengah arus globalisasi, kearifan lokal tetap memiliki tempat yang istimewa di hati masyarakat.
Bagi Anda yang ingin menyaksikan langsung, jangan lupa catat tanggalnya: Sabtu Pahing, 23 Agustus 2025, di Kalurahan Kepek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Jangan sampai ketinggalan, karena selain kirab, akan ada pula suguhan budaya dan kuliner khas yang sayang untuk dilewatkan.
Sebagaimana pesan yang tertulis di spanduk: Memetri Sih Kinasingh Sasami, mari bersama-sama menjaga kasih sayang dan persaudaraan, sekaligus melestarikan warisan budaya leluhur untuk generasi mendatang.
Editor: (Ahmad)