Berita Ekonomi

2.659 Rumah Terang, Ekonomi Warga Malut Ikut Menyala

88
×

2.659 Rumah Terang, Ekonomi Warga Malut Ikut Menyala

Sebarkan artikel ini

Bengkulu Utara, SniperNew.id – Hari ini menjadi momentum bersejarah bagi ribuan keluarga di Maluku Utara. Sebanyak 2.659 rumah yang sebelumnya hidup dalam gelap akhirnya resmi menikmati terang listrik berkat program sosial bertajuk Light Up The Dream. Program ini diinisiasi oleh para pegawai PLN yang secara sukarela melakukan patungan untuk membantu warga kurang mampu mendapatkan akses listrik, Kamis (21/08/2025).

Unggahan akun sosial “s_tjo” yang ramai diperbincangkan netizen menyoroti langkah humanis tersebut. Dalam unggahannya, ia menuliskan, “Pegawai PLN patungan, nyalain harapan. Mulai 2026, Pemprov juga siap bantu pasang listrik biar nggak ada lagi rumah gelap. Merdeka itu ketika setiap keluarga bebas dari kegelapan.”

Kalimat sederhana itu langsung menyulut rasa optimisme banyak pihak. Sebab, di balik cahaya lampu yang kini menyinari 2.659 rumah, terdapat harapan baru akan peningkatan taraf hidup dan geliat ekonomi masyarakat.

Listrik bukan sekadar soal penerangan. Di banyak daerah pelosok Maluku Utara, ketiadaan listrik berarti aktivitas ekonomi rumah tangga berjalan terbatas. Usaha kecil seperti warung, kios fotokopi, penggilingan padi, hingga penjual es hanya bisa beroperasi dengan modal terbatas atau bahkan tidak bisa berkembang sama sekali.

Dengan adanya listrik, skala usaha masyarakat bisa meningkat. Warung-warung kini dapat menyimpan barang dagangan di kulkas, nelayan bisa mengawetkan hasil tangkapan ikan lebih lama, dan anak-anak bisa belajar dengan penerangan layak. Tak heran, banyak ekonom menyebut akses listrik sebagai salah satu indikator kemajuan kesejahteraan daerah.

Program Light Up The Dream secara langsung memberikan dampak nyata. 2.659 rumah yang kini terang bukan hanya soal kebebasan dari kegelapan, melainkan juga titik awal lahirnya peluang ekonomi baru.

Menariknya, program ini lahir bukan dari proyek besar negara, melainkan dari semangat gotong royong. Para pegawai PLN iuran untuk mewujudkan harapan masyarakat kurang mampu yang selama ini belum bisa membayar biaya pasang baru listrik.

Langkah kecil dari para pegawai itu menjelma menjadi cahaya besar. Tanpa menunggu program subsidi resmi, mereka bergerak lebih dulu. Filosofi yang dipegang sederhana: listrik adalah hak dasar, dan setiap keluarga berhak merasakan terang.

Gerakan inisiatif ini juga memperlihatkan wajah lain dari BUMN. Bukan sekadar perusahaan penyedia energi, PLN tampil sebagai bagian dari masyarakat yang peduli. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa gotong royong masih relevan dan efektif untuk menjawab masalah sosial-ekonomi.

Kabar baiknya, program ini tidak berhenti di 2025. Pemerintah Provinsi Maluku Utara menyatakan siap mengambil peran lebih besar mulai 2026. Melalui program bantuan pemasangan listrik, Pemprov menargetkan agar tak ada lagi rumah tangga yang hidup tanpa penerangan.

Komitmen ini penting, mengingat data menunjukkan masih ada ribuan keluarga di kawasan timur Indonesia yang belum merasakan listrik. Dengan dukungan Pemprov, program Light Up The Dream diharapkan bertransformasi dari inisiatif sosial menjadi gerakan pembangunan daerah yang terstruktur.

Jika berjalan lancar, bukan tidak mungkin Maluku Utara akan menjadi salah satu provinsi dengan rasio elektrifikasi tertinggi di Indonesia. Dan dari situlah, fondasi ekonomi masyarakat semakin kokoh.

Listrik adalah penggerak utama ekonomi modern. Setiap kilowatt yang tersalurkan membawa multiplier effect yang besar. Misalnya, listrik memungkinkan hadirnya usaha pengolahan hasil bumi, membuka peluang industri rumahan, serta mendukung sektor pendidikan dan kesehatan.

Di Maluku Utara, potensi ekonomi lokal seperti perikanan, perkebunan cengkeh, dan pariwisata dapat tumbuh lebih pesat dengan dukungan infrastruktur energi. Desa-desa yang kini mulai terang berpotensi menarik investasi kecil, misalnya usaha penggilingan, pendingin ikan, atau wisata homestay.

Dengan kata lain, 2.659 rumah yang kini terang adalah investasi sosial-ekonomi jangka panjang. Anak-anak bisa belajar lebih baik, orang tua dapat berusaha lebih produktif, dan kualitas hidup masyarakat meningkat.

Ungkapan “Merdeka itu ketika setiap keluarga bebas dari kegelapan” mendapat banyak dukungan warganet. Kalimat ini bukan sekadar slogan, melainkan refleksi dari kondisi nyata yang selama ini dihadapi sebagian masyarakat.

Kemerdekaan sejati tidak hanya diukur dari upacara dan simbol-simbol, tetapi juga dari kemampuan negara dan masyarakat memberikan akses yang setara terhadap sumber daya. Dalam hal ini, listrik adalah wujud nyata kemerdekaan modern.

Meski program ini mendapat apresiasi luas, masih ada pekerjaan rumah besar. Distribusi listrik di daerah kepulauan masih menghadapi tantangan infrastruktur, biaya, serta akses geografis. Tidak semua desa dapat dengan mudah dijangkau jaringan listrik konvensional.

Namun, tantangan ini juga membuka ruang inovasi. Teknologi energi terbarukan seperti tenaga surya, mikrohidro, dan hybrid system bisa menjadi solusi. Dengan sinergi antara PLN, Pemprov, dan masyarakat, cita-cita “tak ada lagi rumah gelap” bukanlah utopia.

Harapannya, apa yang dilakukan pegawai PLN melalui Light Up The Dream bisa menjadi inspirasi nasional. Jika setiap daerah menerapkan semangat serupa, rasio elektrifikasi Indonesia bisa mencapai 100% lebih cepat dari target.

Hari ini, 2.659 rumah di Maluku Utara tak lagi gelap. Lampu-lampu yang menyala bukan hanya menyingkirkan bayangan malam, tetapi juga menyalakan harapan baru. Program Light Up The Dream membuktikan bahwa gotong royong masih menjadi energi utama bangsa ini.

Ketika pemerintah provinsi siap melanjutkan estafet mulai 2026, maka cita-cita menghadirkan listrik bagi seluruh keluarga Indonesia semakin nyata.

Merdeka, pada akhirnya, bukan hanya tentang politik. Merdeka adalah ketika setiap keluarga bebas dari kegelapan, dan ekonomi rumah tangga menyala bersama terang listrik.

Editor: (Ahmad)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *