Jagat media sosial kembali diramaikan oleh unggahan bernuansa puitis dari salah satu pengguna Threads bernama @daeng_asih. Dalam waktu kurang dari sehari, unggahan tersebut sudah ditonton lebih dari 2.120 kali dan menuai beragam respons dari warganet — mulai dari komentar romantis hingga jenaka.
Unggahan tersebut berisi ungkapan perasaan yang kental dengan nuansa senja, cinta, dan keheningan. Kalimatnya yang lembut dan penuh makna membuat banyak pengguna Threads merasa tersentuh, bahkan sebagian menanggapinya dengan balasan berisi puisi balik dan candaan ringan.
Dalam unggahan yang dibuat sekitar 14 jam lalu, @daeng_asih menulis. “Aku jatuh cinta pada warna langit di ujung sore, dan caramu menatapku tanpa kata.
Diantara lembayung yg perlahan memudar, aku belajar bahwa cinta tak selalu harus diucapkan, cukup dirasakan dalam hening yg tulus.
Seperti langit yg tak pernah menuntut matahari untuk tetap bersinar, namun selalu setia menanti keindahan perpisahan yg lembut.
Begitu pula cinta, ia tak memaksa tuk dimiliki, hanya berharap untuk dimengerti.”
Unggahan itu disertai dengan foto perempuan berhijab warna pastel yang tengah tersenyum lembut. Foto tersebut memperkuat nuansa hangat dan damai dari tulisan yang ia bagikan.
Kalimat tersebut mengandung pesan mendalam tentang makna cinta — bahwa perasaan tidak selalu harus dinyatakan dengan kata-kata, cukup dipahami melalui ketulusan. Ujaran itu menyinggung bagaimana cinta yang sejati tidak menuntut kepemilikan, melainkan cukup dengan saling pengertian dan ketenangan hati.
Akun @daeng_asih, yang dikenal aktif membagikan tulisan reflektif dan bernuansa sastra, adalah pembuat unggahan tersebut. Gaya tulisannya yang puitis dan kontemplatif kerap menarik perhatian pengguna Threads lainnya.
Tak lama setelah diunggah, kolom komentar pun dipenuhi berbagai tanggapan. Salah satu komentar yang paling mencolok datang dari akun @stewart.laiyadi, yang membalas unggahan itu dengan tulisan panjang bernada romantis:
“Aku kira kamu jatuh cinta padaku, tau²nya warna langit di ufuk sana.
Memang jika aku menatapmu tentu dgn penuh sejuta rasa tanpa kata, tapi tak sama dgn lembayung yg memudar.
Tapi spt matahari sore yg tetap mengandung kehangatan sampai terbenam di ufuk barat.
Diam² mengatakan aku pergi dulu ya sayang, tetaplah bersama kehangatan ini jelang tidurmu ya!
Kamu tersenyum simpul aja menikmatinya, ya iya pergilah asal jgn lama² nanti rinduku tambah parah.
Nanti cium manis ya cup cup, kok bunyi??”
Balasan bernada jenaka sekaligus romantis itu sontak membuat warganet lain tertawa. Tak ingin terlalu serius menanggapi, @daeng_asih kemudian membalas komentar tersebut dengan kalimat yang menegaskan batas interaksi secara sopan. “Salam buat istri dan anak² di rumah.”
Balasan itu disambut positif oleh banyak pengguna lain, karena menunjukkan ketegasan tanpa menimbulkan perdebatan atau kesalahpahaman.
Selain komentar itu, ada juga tanggapan dalam bahasa daerah Makassar dari akun @abdjalil1132 yang menulis:
“Nyamanna kapang punna katte pare kopi teamaki sarei golla di, te, ne dudui sallang masyaallah.”
Komentar tersebut, jika diterjemahkan secara bebas, menggambarkan suasana akrab dan rasa kagum terhadap unggahan yang dianggap menenangkan. Warganet lainnya menduga kalimat itu merupakan ekspresi kekaguman yang disampaikan dengan dialek lokal khas Bugis-Makassar.
Unggahan ini dibuat di platform Threads, aplikasi sosial berbasis teks yang terhubung dengan Instagram, sekitar 14 jam lalu dari waktu tangkapan layar beredar. Meskipun tidak disebutkan lokasi spesifiknya, berdasarkan gaya bahasa dan dialek dalam beberapa komentar, banyak yang memperkirakan pengguna berasal dari wilayah Sulawesi Selatan atau setidaknya memiliki kedekatan budaya dengan daerah tersebut.
Threads sendiri semakin populer di kalangan pengguna Indonesia sebagai ruang berbagi tulisan singkat, renungan, maupun kutipan sastra ringan. Unggahan seperti yang dibuat oleh @daeng_asih menunjukkan bagaimana platform tersebut kini menjadi ruang baru bagi ekspresi perasaan dan karya sastra mini.
Beberapa alasan membuat unggahan ini viral dan banyak dibagikan ulangU. nggahan @daeng_asih mengandung diksi yang lembut, penuh metafora, dan dekat dengan perasaan banyak orang — terutama mereka yang pernah mencintai dalam diam.
Foto perempuan berhijab yang tersenyum dalam nuansa lembut seolah menjadi representasi nyata dari kehangatan yang ditulis dalam caption.
Respons dari @stewart.laiyadi yang panjang, penuh humor romantis, membuat unggahan ini tidak hanya menyentuh tetapi juga mengundang tawa.
Balasan dari @daeng_asih yang menyinggung “salam buat istri dan anak di rumah” memperlihatkan sikap dewasa dan menjaga etika dalam berinteraksi di ruang publik digital.
Adanya komentar berbahasa daerah menambah warna tersendiri dalam interaksi tersebut, memperlihatkan kekayaan ekspresi netizen Indonesia yang multibahasa dan hangat.
Unggahan ini kini ramai diunggah ulang di beberapa platform lain seperti Instagram Story dan Facebook. Banyak yang memuji ketenangan gaya penulisan @daeng_asih, dan menganggap tulisannya menggambarkan “rasa cinta yang dewasa.”
Sejumlah warganet menuliskan komentar seperti:
“Bahasanya indah banget, kayak puisi senja yang hidup.”
“Kalimat terakhirnya nyentuh banget, cinta memang cukup dimengerti.”
“Balasan ‘salam buat istri dan anak di rumah’ itu classy banget. Salut!”
Tak sedikit pula yang menjadikan potongan tulisan tersebut sebagai status pribadi atau caption foto. Hal ini menunjukkan bahwa unggahan sederhana namun tulus seperti itu masih memiliki kekuatan besar di media sosial yang sering kali penuh drama.
Tulisan @daeng_asih bukan sekadar rangkaian kata puitis, tetapi juga refleksi tentang kedewasaan dalam mencintai.
Ia menggambarkan bahwa cinta yang sejati tidak menuntut kepemilikan atau pengakuan publik, melainkan tumbuh dalam keheningan dan ketulusan hati.
Sementara itu, interaksi di kolom komentar memperlihatkan dua sisi kehidupan digital: romantisme yang sering kali berlebihan, dan kecerdasan sosial untuk menanggapinya dengan elegan.
Unggahan ini juga menegaskan bahwa media sosial bukan hanya tempat berbagi kabar atau hiburan, tetapi juga wadah untuk mengekspresikan rasa dan pemikiran dalam bentuk yang indah dan beretika.
Fenomena viral unggahan @daeng_asih di Threads menjadi contoh menarik bagaimana sastra mini dan interaksi positif bisa mencuri perhatian publik.
Dengan gaya tulisan yang lembut, foto bernuansa hangat, serta balasan yang bijak, unggahan ini membuktikan bahwa dunia maya masih bisa menjadi ruang untuk keindahan kata dan sikap yang berkelas.
Dalam derasnya arus konten provokatif di media sosial, unggahan ini seperti jeda sore yang menenangkan — mengingatkan bahwa cinta, layaknya langit senja, tak selalu perlu bersuara keras. Kadang cukup dipahami, dan diam-diam dirayakan dalam ketulusan yang sederhana.