Muara Enim, Snipernew.id – Pembangunan bronjong di Desa Teluk Jaya, Kecamatan Kelekar, Kabupaten Muara Enim, menuai sorotan tajam dari masyarakat. Alih-alih menghadirkan rasa aman, proyek yang dikerjakan oleh CV Air Bom itu justru memunculkan kekhawatiran serius akan keselamatan pengguna jalan dan masyarakat sekitar, Sabtu (13/09/2025).
Bronjong, yang seharusnya menjadi dinding penahan tanah untuk mencegah longsor serta pengendali erosi, kini menjadi perbincangan hangat. Pasalnya, masyarakat menduga proyek tersebut dikerjakan secara asal-asalan, mulai dari pemilihan material batu, kawat bronjong, hingga volume pekerjaan yang dianggap tidak sesuai spesifikasi.
Bronjong merupakan konstruksi penting dalam infrastruktur, terutama di daerah rawan longsor dan tepi sungai. Struktur ini terbuat dari anyaman kawat baja berbentuk kotak yang diisi dengan batu berukuran tertentu. Fungsinya adalah menahan tanah agar tidak longsor, memperkuat tebing, melindungi tanggul dari erosi, dan bahkan memperindah lanskap.
Dalam pekerjaan konstruksi, pemilihan material dan pemasangan harus dilakukan sesuai standar teknis. Batu yang dipakai harus berukuran seragam, tidak mudah pecah, dan dipadatkan dengan baik agar bronjong kokoh. Sementara kawat bronjong harus berbahan galvanis agar tahan karat dan mampu bertahan dalam jangka panjang.
Namun, yang terjadi di Desa Teluk Jaya justru sebaliknya. Hasil pemantauan awak media di lokasi menunjukkan adanya dugaan ketidaksesuaian dalam beberapa aspek teknis, sehingga memicu keresahan masyarakat.
AD, salah satu warga Desa Teluk Jaya, mengungkapkan kekecewaannya saat ditemui awak media Pewarta Gelumbang Raya (PGR) di lokasi pada Sabtu (13/9/2025).
“Bisa dilihat dari material batu yang digunakan. Saya goyang sedikit saja sudah bergeser. Ini jelas berbahaya, karena kalau roboh bisa membahayakan pengendara yang melintas di atas jembatan,” tegas AD.
Ia juga menilai volume pekerjaan patut dipertanyakan. Menurutnya, dugaan kekurangan volume bisa mengurangi kekuatan konstruksi secara keseluruhan.
“Perlu dipertanyakan juga volumenya. Dugaan kami itu kurang dari yang seharusnya. Kalau memang benar, berarti ada potensi pekerjaan ini tidak sesuai spesifikasi,” lanjutnya.
Selain batu, AD juga menyoroti kualitas kawat yang digunakan. Dalam standar umum konstruksi, kawat bronjong harus menggunakan jenis galvanis agar tahan terhadap korosi dan dapat bertahan lama. Namun, warga menemukan indikasi kawat yang digunakan justru mudah berkarat.
“Biasanya kawat untuk bronjong itu galvanis, tetapi ini kok sudah karatan padahal pekerjaan baru berjalan. Ini jelas menimbulkan tanda tanya soal kualitas material yang dipakai,” ungkap AD dengan nada heran.
Bagi masyarakat, isu ini bukan hanya soal kualitas proyek, tetapi juga menyangkut keselamatan jiwa. Jalan yang dilindungi bronjong tersebut merupakan akses penting bagi masyarakat sekitar. Jika konstruksi ambruk, bukan hanya mengganggu transportasi, tetapi juga berpotensi menimbulkan korban jiwa.
“Karena ini sudah menyangkut keamanan, sebaiknya pihak berwenang segera turun tangan sebelum ada kejadian yang tidak diinginkan,” pungkas AD.
Berdasarkan hasil pemantauan awak media Pewarta Gelumbang Raya (PGR), bronjong memang terlihat menggunakan batu berukuran kecil yang tidak seragam. Saat disentuh, beberapa bagian terasa goyang dan tidak rapat.
Selain itu, pada beberapa titik terlihat kawat yang sudah berkarat meskipun proyek masih relatif baru. Kondisi ini memicu dugaan bahwa material yang digunakan tidak memenuhi standar kualitas yang ditentukan dalam kontrak kerja.
Masyarakat meminta agar Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Muara Enim maupun Aparat Penegak Hukum (APH) turun langsung meninjau lokasi. Investigasi mendetail diperlukan untuk memastikan apakah proyek ini sesuai dengan dokumen perencanaan dan kontrak kerja.
Keterlibatan lembaga pengawas dianggap penting agar tidak ada penyalahgunaan anggaran dan masyarakat mendapatkan jaminan keselamatan. Proyek bronjong yang seharusnya menjadi solusi justru bisa menjadi sumber masalah jika dikerjakan tanpa pengawasan yang ketat.
CV Air Bom sebagai pelaksana proyek diharapkan segera memberikan klarifikasi. Masyarakat berhak mengetahui apakah material dan metode yang digunakan telah sesuai spesifikasi. Transparansi dalam proyek pemerintah menjadi salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada publik.
Selain itu, pihak konsultan pengawas juga perlu disorot. Pengawasan ketat dari konsultan merupakan kewajiban agar hasil pekerjaan sesuai standar mutu dan dapat berfungsi optimal sesuai umur rencana.
Pencegahan kerusakan sedini mungkin jauh lebih baik daripada menunggu hingga terjadi keruntuhan yang berpotensi memakan korban. Kerusakan bronjong tidak hanya berdampak pada kerugian material, tetapi juga dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, terutama bagi pengendara roda dua yang melintas di area tersebut.
Dengan kondisi geografis Desa Teluk Jaya yang rawan erosi, keberadaan bronjong merupakan infrastruktur vital. Apabila kualitasnya diragukan, maka fungsinya sebagai pelindung tebing menjadi tidak efektif.
Masyarakat berharap Pemerintah Kabupaten Muara Enim segera menindaklanjuti laporan warga. Peninjauan lapangan, evaluasi teknis, dan pengambilan sampel material perlu dilakukan. Jika ditemukan penyimpangan, langkah tegas harus diambil agar kejadian serupa tidak terulang pada proyek lain di masa mendatang.
Kasus dugaan pembangunan bronjong asal-asalan di Desa Teluk Jaya ini menjadi alarm penting bagi pemerintah dan kontraktor. Infrastruktur bukan sekadar proyek fisik, tetapi menyangkut keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pengawasan ketat, penggunaan material sesuai spesifikasi, dan transparansi anggaran adalah kunci agar proyek pemerintah benar-benar bermanfaat. Masyarakat pun berhak mendapatkan jaminan bahwa uang rakyat digunakan dengan benar dan hasilnya tidak membahayakan keselamatan publik.
Sorotan tajam terhadap proyek ini menjadi pelajaran penting agar semua pihak terkait lebih berhati-hati, mengutamakan kualitas, dan bertanggung jawab atas hasil pekerjaan. Sebab, jika proyek gagal, yang paling dirugikan adalah masyarakat sebagai pengguna fasilitas.
Laporan: (teguh) / Editor: (Tim Redaksi)












