Muara Enim, SniperNew.id – Sebuah jembatan darurat yang terletak di wilayah perbatasan Desa Embacang Kelekar, Kecamatan Kelekar, dan Desa Karang Endah Selatan, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim, amblas setelah dilalui oleh truk pengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada Selasa (21/10/2025). Peristiwa ini menyebabkan jalur utama penghubung antar dua kecamatan tersebut terputus total, sehingga tidak dapat dilalui baik oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Rabu (22/10/2025)
Peristiwa tersebut menjadi perhatian serius masyarakat setempat, sebab jalur ini merupakan akses vital perekonomian dan mobilitas masyarakat di wilayah tersebut. Selain menjadi jalur transportasi utama bagi warga dua kecamatan, ruas jalan itu juga digunakan untuk aktivitas pengangkutan hasil perkebunan dan kebutuhan logistik sehari-hari.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari lapangan, peristiwa amblasnya jembatan darurat itu terjadi sekitar pukul 09.30 WIB. Truk pengangkut sawit dengan kapasitas muatan besar melintasi jembatan darurat yang sebelumnya dibangun sementara untuk menggantikan jembatan permanen yang masih dalam tahap pembangunan.
Menurut keterangan sejumlah warga, sebelum kejadian, kondisi jembatan darurat tersebut sudah tampak mengalami keretakan pada bagian lantai dan penyangga, akibat sering dilalui kendaraan berat. Meskipun masyarakat telah mengingatkan sopir dan pihak perusahaan untuk tidak melewati jalur tersebut dengan muatan berlebih, peringatan itu tidak diindahkan.
“Sudah sering kami ingatkan agar jangan lewat sini dulu karena jembatannya belum kuat. Tapi tetap saja dilewati truk besar. Akhirnya, hari ini amblas total,” ujar Andi (42), salah satu warga Desa Embacang Kelekar yang tinggal di dekat lokasi kejadian.
Jembatan yang amblas berada di titik strategis yang menghubungkan Kecamatan Kelekar dengan Kecamatan Gelumbang. Akses tersebut menjadi satu-satunya jalur utama yang menghubungkan aktivitas masyarakat dari Desa Embacang Kelekar menuju wilayah Karang Endah Selatan dan sebaliknya.
Amblasnya jembatan darurat ini menyebabkan aktivitas ekonomi masyarakat lumpuh total. Sejumlah pelajar tidak dapat berangkat ke sekolah, pekerja kebun kesulitan menuju tempat kerja, dan aktivitas perdagangan di pasar sekitar pun ikut terhenti.
Kini, kendaraan roda dua terpaksa memutar jauh melalui jalur alternatif Desa Bitis – Lembak, dengan jarak tempuh hampir dua kali lipat lebih jauh dari jalur normal. Sedangkan kendaraan roda empat sama sekali tidak bisa melewati jalur tersebut karena kondisi jembatan benar-benar putus di bagian tengah, dengan tanah penopang ambles sekitar 2 meter.
“Kalau motor masih bisa lewat lewat kebun, tapi jauh sekali. Kami harus putar lebih dari satu jam,” kata Siti Marlina (36), warga Karang Endah Selatan.
Dugaan sementara, amblasnya jembatan disebabkan oleh beban muatan berlebih dari truk pengangkut sawit yang melintas. Truk tersebut diperkirakan membawa muatan melebihi batas tonase yang diizinkan untuk melewati jembatan darurat tersebut.
Selain itu, struktur jembatan darurat yang sudah rapuh juga menjadi faktor utama penyebab kerusakan. Jembatan yang terbuat dari rangka baja ringan dan papan kayu tersebut sejatinya hanya diperuntukkan bagi kendaraan ringan dan pejalan kaki, bukan untuk kendaraan bermuatan berat.
“Kami sudah tahu kalau jembatan itu hanya sementara. Tapi pengangkutan sawit terus jalan setiap hari. Ini akibat kelalaian dan kurangnya pengawasan,” ungkap Sudarli (48), warga Desa Embacang Kelekar yang juga merupakan pengemudi lokal.
Sudarli menambahkan bahwa dirinya telah menyampaikan kondisi jembatan tersebut kepada pihak perusahaan tempat ia bekerja, namun belum ada tindak lanjut berarti. “Sudah saya laporkan ke atasan, tapi katanya mereka masih rapat di Palembang. Belum ada tindakan sejauh ini,” katanya.
Menanggapi kejadian tersebut, Camat Kelekar melalui staf pemerintahan setempat menyatakan akan segera melaporkan kejadian ini ke Dinas PUPR Kabupaten Muara Enim agar dilakukan langkah darurat untuk menanggulangi akses warga.
“Laporan awal sudah kami terima. Kami akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait agar akses warga bisa segera dipulihkan, minimal dibuatkan jembatan darurat baru agar mobilitas masyarakat tidak terhambat,” ujar Suharto, pejabat Kecamatan Kelekar yang ditemui di lokasi.
Sementara itu, pihak Dinas PUPR Kabupaten Muara Enim belum memberikan keterangan resmi terkait waktu perbaikan dan tanggung jawab pembangunan jembatan tersebut. Namun berdasarkan informasi dari sumber internal, jembatan permanen di lokasi itu memang masih dalam tahap pengerjaan dan belum layak dilewati kendaraan berat.
“Kontraktor pelaksana sebenarnya sudah memberi tanda larangan lewat, tapi sering diabaikan oleh sopir-sopir angkutan sawit,” ujar sumber tersebut yang enggan disebutkan namanya.
Warga berharap pemerintah daerah dapat menindak tegas pihak yang bertanggung jawab, baik perusahaan pengangkut maupun pihak pengawas proyek, agar kejadian serupa tidak terulang. Selain itu, masyarakat meminta agar pembangunan jembatan permanen segera diselesaikan mengingat jalur ini sangat vital.
“Kami minta Pemkab jangan diam saja. Ini bukan pertama kali jembatan rusak karena truk sawit. Harus ada aturan yang ditegakkan,” ucap Tarmizi (55), tokoh masyarakat setempat.
Beberapa warga juga mengusulkan agar pengawasan di lapangan diperketat, termasuk penempatan petugas penjaga di sekitar jembatan darurat untuk mengatur lalu lintas kendaraan berat hingga jembatan permanen selesai dibangun.
Selain menghambat aktivitas harian, terputusnya akses ini berdampak besar terhadap roda perekonomian warga dua kecamatan. Hasil pertanian dan perkebunan warga tidak dapat dikirim ke pasar, sementara harga bahan pokok di beberapa desa dilaporkan mulai naik akibat keterlambatan distribusi barang.
“Biasanya setiap pagi kami antar sayur ke pasar di Gelumbang, tapi sekarang tidak bisa. Kalau lewat jalur alternatif, biaya bensin dan waktu jadi dua kali lipat,” ungkap Rani (33), seorang pedagang sayur dari Desa Embacang Kelekar.
Kondisi serupa juga dialami para petani sawit dan karet. Banyak tandan buah segar (TBS) yang tertahan di kebun karena tidak ada kendaraan yang bisa mengangkutnya keluar desa. Jika dibiarkan berlama-lama, kualitas buah akan menurun dan berdampak pada harga jual.
“Kalau buah sawit dibiarkan dua hari saja, kadar minyaknya turun. Kami rugi besar,” keluh Hendri (40), petani sawit setempat.
Hingga Rabu (22/10/2025) pagi, warga bersama aparat desa melakukan gotong royong memperbaiki sebagian struktur jembatan yang rusak menggunakan batang kelapa dan papan kayu seadanya. Namun perbaikan ini hanya bersifat sementara untuk pejalan kaki, bukan kendaraan.
“Ini hanya supaya anak sekolah bisa lewat sementara. Kalau kendaraan, masih belum bisa. Kami tunggu alat berat dari pemerintah,” jelas Kepala Desa Embacang Kelekar, Rahman, S.Pd.
Pemerintah desa juga telah mengajukan bantuan darurat kepada pihak kecamatan dan Dinas PUPR untuk segera mengirimkan material serta tenaga teknis guna membangun jembatan sementara baru yang lebih kuat.
Peristiwa amblasnya jembatan darurat di perbatasan Embacang Kelekar – Karang Endah Selatan menjadi peringatan penting tentang pentingnya pengawasan terhadap penggunaan infrastruktur publik yang belum rampung. Beban muatan berlebih dan kurangnya kepatuhan terhadap aturan keselamatan menjadi faktor utama penyebab kerusakan.
Kini, warga berharap agar pemerintah daerah dapat segera mengambil langkah konkret memperbaiki kondisi tersebut, sekaligus mempercepat penyelesaian pembangunan jembatan permanen agar aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat dapat kembali normal.
Reporter: Zikra (Zkr)
Editor: Redaksi Snipernew.id












