Berita Pendidikan

“Wisuda TK: Tradisi Manis atau Beban Finansial? Orangtua Mengeluh, Sekolah Ditanya Urgensinya”

603
×

“Wisuda TK: Tradisi Manis atau Beban Finansial? Orangtua Mengeluh, Sekolah Ditanya Urgensinya”

Sebarkan artikel ini

Bandung, SniperNew.id – Di tengah euforia kelulusan anak-anak Taman Kanak-Kanak (TK), suara-suara keluhan mulai terdengar dari para orangtua. Tradisi wisuda TK, yang awalnya dianggap momen lucu dan membanggakan, kini menjadi sorotan lantaran dinilai lebih memberatkan secara ekonomi ketimbang memberi manfaat nyata.

Sebuah unggahan dari akun “Nice Idea 01” , yang dibagikan ulang oleh media Swara Jabar pada Jumat, 21 Juni 2025, menjadi viral. Unggahan itu mempertanyakan urgensi dan manfaat dari acara wisuda TK yang seringkali dibarengi dengan pungutan biaya yang tak sedikit.

Acara wisuda TK kini dianggap banyak pihak bukan lagi momen perayaan, melainkan beban. Tak sedikit orangtua yang harus merogoh kocek hingga Rp500 ribu hanya untuk membiayai seremonial kelulusan anak dari jenjang TK ke SD. Keluhan ini datang dari berbagai lapisan masyarakat, terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Salah satu orangtua, yang bekerja sebagai buruh tani di Kabupaten Bandung, mengungkapkan bahwa ia bahkan harus meminjam uang agar anaknya bisa mengikuti wisuda.

“Kalau nggak bayar katanya anak saya nggak bisa ikut. Padahal katanya ada tabungan di sekolah, tapi kenapa bukan untuk keperluan masuk SD saja?” keluhnya.

Pihak yang paling terdampak tentu adalah para orangtua siswa, khususnya mereka yang memiliki penghasilan pas-pasan. Dengan pendapatan harian yang tidak menentu, terutama bagi buruh tani dan pekerja informal lainnya, biaya wisuda menjadi beban yang memaksa.

Tidak hanya orangtua siswa yang mengeluh, guru dan pihak sekolah pun kini berada di posisi sulit. Di satu sisi, mereka ingin memberikan momen berkesan bagi anak-anak, namun di sisi lain juga harus berhadapan dengan tuntutan transparansi dan keadilan sosial.

Fenomena ini terjadi di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di kawasan pedesaan dan semi-urban. Di momen akhir tahun ajaran, sekitar bulan Juni, sekolah-sekolah TK ramai mengadakan acara wisuda. Namun, dari tahun ke tahun, biaya yang dikenakan makin membengkak tanpa kejelasan pemanfaatan dana secara rinci.

Beberapa laporan menyebutkan, selain biaya Rp500 ribu, orangtua juga harus membeli kostum seragam, menyewa fotografer, hingga menyumbang konsumsi.

Pertanyaan besar muncul: Apa manfaat nyata dari wisuda anak TK? Banyak ahli pendidikan dan psikolog anak menilai bahwa wisuda pada usia dini tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan mental anak.

“Anak usia TK belum memahami konsep kelulusan. Mereka hanya mengikuti prosesi. Justru, terlalu memaksakan konsep formal bisa membuat anak tertekan,” ujar Dr. Nina Aulia, psikolog anak dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Selain itu, urgensi acara ini juga dipertanyakan karena jenjang TK bukan pendidikan wajib, melainkan pengantar sebelum masuk SD. Artinya, tidak ada standar kelulusan yang perlu dirayakan secara formal seperti di jenjang SMP atau SMA.

Beban biaya menjadi alasan utama orangtua mendesak agar acara wisuda TK ditinjau ulang atau bahkan ditiadakan. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil, terutama bagi masyarakat desa yang mengandalkan pertanian – yang harga jual hasil panennya kian merosot – biaya wisuda menjadi semacam “paksaan sosial”.

Muncul desakan agar pemerintah daerah dan dinas pendidikan ikut turun tangan. Sejumlah orangtua mengusulkan agar kegiatan seremonial wisuda:

1. Ditiadakan sepenuhnya.
2. Dibatasi biayanya oleh regulasi.
3. Diganti dengan kegiatan sederhana, seperti acara makan bersama atau pengambilan rapor tanpa prosesi mewah.

Aktivis pendidikan dan pengamat kebijakan publik juga mendorong sekolah untuk lebih terbuka terkait penggunaan dana kegiatan dan mengedepankan model perayaan non-komersial.

“Kalau perlu, wisuda cukup dilakukan di kelas, dengan guru memberikan sertifikat dan hadiah kecil. Itu sudah cukup berkesan dan mendidik kesederhanaan,” saran Ahmad Setiawan, pemerhati pendidikan anak usia dini.

Sementara itu, sebagian sekolah mulai menyadari keresahan masyarakat. Beberapa TK swasta dan negeri di wilayah Garut dan Sumedang dilaporkan membatalkan acara wisuda dan menggantinya dengan kegiatan santai seperti outing ke taman kota tanpa biaya tambahan.

Tradisi wisuda TK kini tengah menjadi perdebatan publik: antara kebutuhan emosional dan beban ekonomi. Masyarakat berharap, ke depan, pihak sekolah dan pemerintah lebih bijak dalam menata ulang tradisi ini agar tidak menjadi beban tahunan bagi rakyat kecil.

Editor: (Redaksi)
Sumber: (Facebook: Nice Idea 01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *