Berita Pendidikan

“Pendidikan Gratis: Manfaat Nyata atau Ancaman Moral Tersembunyi?”

561
×

“Pendidikan Gratis: Manfaat Nyata atau Ancaman Moral Tersembunyi?”

Sebarkan artikel ini

Jakarta, SniperNew.id – Di tengah euforia keberhasilan program Pendidikan Gratis yang dicanangkan pemerintah, terselip sebuah fenomena sosial yang mulai mengemuka di masyarakat. Program ini memang patut diapresiasi atas kemampuannya membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi seluruh anak bangsa, tanpa terkendala faktor ekonomi. Namun, di balik manfaat yang terlihat, muncul sejumlah tantangan serius yang perlu dicermati bersama, Jumat 27 Juni 2025.

Konsep “Rego Gowo Rupo” yang berarti “harga mencerminkan kualitas” dalam konteks ini menjadi refleksi kritis atas pelaksanaan pendidikan gratis. Ketika biaya bukan lagi menjadi penghalang, muncul kecenderungan baru: pendidikan mulai kehilangan makna perjuangan dan nilai.

Hal ini secara perlahan mulai memengaruhi pola pikir dan perilaku peserta didik, serta dinamika relasi antara anak dan orang tua.

Salah satu dampak nyata yang mulai terasa adalah menurunnya penghargaan terhadap proses belajar. Karena merasa tidak “membayar”, sebagian siswa cenderung mengabaikan proses pendidikan yang sebenarnya penuh makna. Kehadiran di sekolah menjadi sekadar rutinitas, bukan sebuah kesempatan emas untuk mengembangkan diri.

Padahal, semangat belajar dan etos kerja seharusnya tetap menjadi pondasi utama keberhasilan pendidikan.

Lebih jauh, relasi antara anak dan orang tua pun mulai mengalami pergeseran. Anak-anak merasa bahwa mereka tidak lagi bergantung pada perjuangan atau pengorbanan orang tua untuk memperoleh pendidikan. Hal ini, tanpa disadari, menurunkan tingkat penghormatan dan empati mereka terhadap keluarga.

Namun, yang paling memprihatinkan adalah perlahan terkikisnya moralitas dan sikap (attitude) peserta didik. Ketika pendidikan diberikan tanpa nilai perjuangan, maka karakter dan budi pekerti berisiko terabaikan. Nilai-nilai seperti tanggung jawab, rasa hormat, dan disiplin perlahan tergeser oleh rasa abai dan sikap pragmatis.

Pendidikan gratis bukanlah kesalahan, melainkan kebijakan yang butuh pendampingan nilai. Sudah saatnya pemangku kepentingan, pendidik, dan orang tua bersinergi memastikan bahwa akses pendidikan tetap dibarengi dengan pembentukan karakter yang kuat. Karena pada akhirnya, pendidikan sejati bukan hanya tentang bebas biaya, tetapi juga tentang membangun manusia seutuhnya. (Red)

Sember: (Facebook: “Yudi Yanto”)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *