Padang, SniperNew.id – Apa itu Sawah Bapokok Murah dan Mengapa Jadi Perbincangan Hangat Petani Sumatera Barat?, Rabu 18 Juni 2025.
Penasaran dengan konsep “Sawah Bapokok Murah”, akun Facebook Voskorusaimy turun langsung ke lapangan dan menyapa petani yang sudah mencoba sistem ini. Dalam unggahannya yang kini ramai dibicarakan, ia menyimpulkan: “Biaya bisa ditekan, hasil tetap maksimal. Petani untung, sistemnya simpel.”
Namun, muncul pertanyaan tajam: “Kalau memang sebagus itu, kenapa belum banyak diterapkan di Sumatera Barat?”
Pertanyaan ini sontak menyulut antusiasme netizen dan pelaku pertanian. Unggahan tersebut langsung dibanjiri komentar dukungan, kritik membangun, dan tawaran nyata untuk menjadikan program ini sebagai pilot project di sejumlah daerah.
Sawah Bapokok Murah adalah metode bertani yang menekankan efisiensi biaya produksi tanpa mengurangi hasil panen. Sistem ini mengandalkan bahan-bahan lokal, pengolahan lahan yang efektif, dan penerapan teknik sederhana yang mudah diadopsi petani. Hasilnya: biaya tanam lebih rendah, hasil panen tetap maksimal.
Salah satu komentar yang paling mencuri perhatian datang dari akun Muspardi Dt Mantiko Sati, seorang akademisi sekaligus praktisi pertanian. Ia mengusulkan langsung agar program ini dijadikan proyek percontohan di Kabupaten Sijunjung, Kecamatan Sumpur Kudus, Nagari Tanjung Bonai Aur Selatan, Jorong Aur Seriau.
Ia menjelaskan secara mendalam mengapa sistem ini belum meluas di Sumbar, meski hasilnya menjanjikan:
1. Kurangnya sosialisasi secara masif kepada petani.
2. Minimnya pendampingan teknis di lapangan.
3. Sistem pertanian yang masih terfragmentasi, banyak petani bekerja sendiri tanpa dukungan kelembagaan kuat.
4. Ketergantungan pada input kimia seperti pupuk subsidi dan pestisida.
5. Dukungan pemerintah yang belum maksimal.
6. Mindset petani yang cenderung takut gagal.
“Sawah Bapokok Murah bukan tidak efektif, tapi butuh ekosistem pendukung yang siap: informasi, pendampingan, kepercayaan, dan dorongan kebijakan,” tulis Muspardi, yang telah mendapat lebih dari 225 likes.
Sejumlah warganet juga mengajukan daerahnya sebagai lokasi percobaan. Komentar dari akun Soleh Makmur misalnya, menanyakan langkah awal secara teknis – mulai dari pengolahan lahan hingga penggunaan herbisida.
“Saya sangat tertarik dengan sistem ini, tapi butuh tutorial dari awal. Mungkin sistem ini tidak bisa diterapkan di sawah tadah hujan. Mohon pencerahan.”
Belum ada kepastian dari pemerintah daerah kapan program ini akan diformalisasi secara luas. Namun, dorongan dari masyarakat dan komunitas pertanian semakin kuat. Dengan semakin banyaknya perhatian di media sosial, besar harapan agar sistem pertanian ini segera diadopsi lebih luas.
Voskorusaimy menutup unggahannya dengan ajakan terbuka:
“Kalau benar terbukti efektif, yuk kita dorong bareng untuk petani kita.”
Tagar #vaskoruseimy mulai bermunculan di berbagai grup pertanian daring. Dukungan nyata dari akademisi, petani lokal, hingga praktisi menjadi bukti bahwa sistem ini punya potensi mengubah wajah pertanian Sumbar.
Konsep Sawah Bapokok Murah membuka peluang besar bagi petani Sumbar untuk bertani lebih efisien dan menguntungkan. Namun agar sistem ini benar-benar membumi, dibutuhkan kerjasama multipihak – petani, pemerintah, penyuluh, dan masyarakat luas. Sosialisasi, pendampingan, dan dukungan kebijakan menjadi kunci utama agar metode ini tidak hanya viral di media sosial, tapi juga nyata di lapangan.
[Redaksi Liputan Rakyat Tani Digital]
Untuk kutipan atau informasi lebih lanjut, silakan kunjungi akun resmi Facebook: Voskorusaimy
Sawah Bapokok Murah, PertanianSumbar, Petani Bangkit,Voskorusaimy