Biak, SniperNew.id – Sebuah unggahan di media sosial Threads dari akun bernama @hanna_isjuliasari_ menjadi sorotan warganet. Dalam unggahannya, sang guru membagikan kisah inspiratif tentang niat tulusnya memberikan makanan bergizi gratis kepada para siswa agar mereka bisa belajar dengan semangat tanpa merasa lapar. Aksi sederhana namun penuh makna ini sontak menuai berbagai respons positif dari pengguna media sosial, Selasa (07/10).
Dalam unggahan yang dipublikasikan sekitar enam jam lalu, Hanna menulis pesan panjang yang menyentuh hati tentang pentingnya asupan gizi bagi anak-anak sekolah. Ia menyebutkan bahwa tujuan utamanya bukan sekadar memberi makan, tetapi memastikan anak-anak bisa belajar dengan nyaman dan pulang dalam keadaan perut kenyang, bukan lapar.
Ia menulis. “Makanan bergizi gratis, makan sehat gratis, Makanan 4 sehat 5 sempurna atau sekarang lebih dikenal gizi seimbang isi piringku, terserah apapun namanya, niatannya cuma ingin anak-anak senang dan semangat ke sekolah. Setidaknya kalau dari rumah datang ke sekolah dalam keadaan lapar, pulang sekolah mereka kenyang bukan hanya ilmu tapi juga perut mereka kenyang.”
Unggahan tersebut disertai foto dirinya yang sedang berbicara di dalam kelas, mengenakan seragam dinas guru berwarna coklat dan jilbab berwarna senada. Di latar belakang tampak dinding hijau khas ruang kelas sekolah dasar di wilayah Papua.
Akun @hanna_isjuliasari_ diketahui merupakan seorang guru yang bertugas di wilayah Biak, Papua, sebagaimana terlihat dari penggunaan tanda pagar (#hashtag) seperti #biakpapua, #ibuguruhanna, #biakhits, dan #papua.
Dalam berbagai unggahan sebelumnya, ia kerap membagikan aktivitasnya sebagai tenaga pendidik yang berdedikasi, termasuk kegiatan belajar mengajar, kebersamaan dengan murid, serta pesan-pesan motivasi untuk dunia pendidikan di daerah terpencil.
Unggahan tersebut memperlihatkan kepribadian Hanna sebagai guru yang bukan hanya mendidik secara akademik, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan fisik dan psikologis murid-muridnya. Ia tampak memahami bahwa anak-anak tidak akan bisa menyerap pelajaran dengan baik apabila datang ke sekolah dalam kondisi lapar.
Unggahan tersebut dipublikasikan sekitar enam jam yang lalu dari waktu tangkapan layar diambil, yang berarti masih sangat baru dan menjadi perbincangan hangat di media sosial. Dalam waktu singkat, postingan itu sudah ditonton lebih dari 10.000 kali, menandakan besarnya perhatian masyarakat terhadap kisah inspiratif tersebut.
Dari informasi dan tagar yang disertakan, kegiatan sosial itu dilakukan di wilayah Biak, Papua. Meskipun lokasi sekolah tidak disebutkan secara spesifik, banyak warganet yang menanyakan di mana sekolah tempat Hanna mengajar, seperti komentar dari akun @jcstore_jpr yang menulis, “Sekolah mana bun?”.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat ingin tahu lebih banyak tentang sekolah dan kegiatan inspiratif yang dilakukan oleh guru tersebut.
Dalam tulisannya, Hanna menjelaskan alasan di balik kegiatannya. Ia tidak mencari popularitas atau imbalan, melainkan semata-mata karena kepeduliannya terhadap kondisi murid-muridnya. Ia ingin memastikan anak-anak di Papua bisa belajar dengan gembira dan bersemangat, tanpa harus menahan lapar selama berada di sekolah.
Menurutnya, pendidikan tidak hanya soal ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang memastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi. Dengan begitu, proses belajar mengajar bisa berjalan dengan optimal.
Hanna menulis dengan penuh keikhlasan bahwa “apapun namanya — makanan 4 sehat 5 sempurna atau gizi seimbang tujuannya sama: agar anak-anak tidak lapar di sekolah.”
Pesan ini menggambarkan nilai kemanusiaan yang dalam serta semangat guru di daerah pelosok yang terus berjuang demi anak-anak bangsa.
Respons dari pengguna Threads sangat beragam, kebanyakan bernada positif dan penuh apresiasi. Banyak yang memuji ketulusan sang guru, bahkan tak sedikit yang menyoroti sosoknya yang dianggap inspiratif. Namun, sebagian komentar juga beralih ke nada personal, memuji penampilan Hanna yang dianggap menarik.
Berikut beberapa komentar dari warganet. “Kak spil jam tangan ny donk,” tulis akun @bmeryana dengan nada ringan.
Akun @ahmad_syafii37 menulis, “Klo saya yg dikasih makan sama ibu guru pasti saya akan kasih hbs makanannya 😁 ibu guru cantik banget.”
Akun @rinarudi840 menambahkan, “Bu guru cantik, salam kenal.”
Sementara itu @tonyaldinar berkomentar, “Jadi pingin sekolah lagi kalau ibu gurunya macam ini.”
Meskipun banyak komentar yang bernada pujian pribadi, esensi utama dari unggahan tersebut tetap mendapat sorotan luas: tentang ketulusan dan dedikasi seorang guru di Papua yang peduli dengan kesejahteraan siswanya.
Unggahan itu pun mendapat ribuan tayangan dalam waktu singkat, menandakan betapa kuatnya resonansi pesan kemanusiaan di tengah masyarakat digital saat ini.
Aksi Hanna mengingatkan publik bahwa pendidikan di daerah terpencil masih memiliki banyak tantangan, salah satunya adalah persoalan gizi anak-anak sekolah. Di banyak wilayah di Papua, tidak sedikit siswa datang ke sekolah tanpa sarapan karena keterbatasan ekonomi keluarga.
Langkah yang dilakukan Hanna memberikan makanan sehat gratis adalah bentuk empati nyata yang dapat menjadi contoh bagi tenaga pendidik lain di seluruh Indonesia.
Kegiatan seperti ini juga sejalan dengan semangat program pemerintah tentang Makanan Bergizi Gratis untuk Anak Sekolah, yang digagas untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini. Apa yang dilakukan Hanna menunjukkan bahwa meskipun berasal dari inisiatif pribadi, semangat gotong royong dalam pendidikan masih hidup di berbagai pelosok negeri.
Unggahan Hanna Isjuliasari, guru berdedikasi dari Papua, telah membuka mata banyak orang tentang pentingnya kepedulian terhadap kebutuhan dasar siswa di sekolah.Melalui tindakan sederhana memberi makan sehat secara gratis ia menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil yang tulus.
Aksi ini tidak hanya menginspirasi warganet, tetapi juga menjadi pengingat bahwa pendidikan sejati bukan hanya mengajarkan pengetahuan, melainkan juga menumbuhkan kasih dan kepedulian.
Hanna telah menjadi contoh nyata bagaimana seorang guru bisa menjadi pelita bagi anak-anak di ujung negeri, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan. (ahm/Abd).












