Solo, SniperNew.id – Sebuah insiden yang terjadi saat aksi demonstrasi penolakan kebijakan zero ODOL (Over Dimension Over Load) di Ring Road Solo pada Kamis, 19 Juni 2025, menyedot perhatian publik setelah sebuah mobil ambulans dihadang dan dirusak oleh oknum demonstran. Kejadian ini menimbulkan keprihatinan banyak pihak, dikutip melalui media incamedia.co.id 21 Juni 2025, terutama komunitas pengemudi ambulans yang menilai peristiwa tersebut sebagai bentuk pengabaian terhadap tugas kemanusiaan.
Demo zero ODOL yang digelar oleh sejumlah sopir truk ini bertujuan menyuarakan penolakan terhadap kebijakan pembatasan dimensi dan beban kendaraan angkutan. Namun, suasana aksi berubah panas saat sebuah ambulans mencoba melintas membawa misi darurat, tetapi justru dihadang oleh peserta demo.
Dalam video yang beredar luas di media sosial, tampak dua pria yang diduga sopir truk menghadang ambulans dan melakukan tindakan perusakan. Polisi yang berjaga di lokasi segera turun tangan dan mengamankan situasi demi mencegah eskalasi konflik lebih lanjut.
Muhammad Fursan Ali (20), sopir ambulans dari Sragen, mengungkap bahwa ia tengah menuju Rumah Sakit dr. Oen Kandang Sapi Solo untuk menjemput pasien. Karena jalur utama terblokir aksi demo, ia memutuskan mengambil jalan memutar melalui Ring Road.
Namun di sanalah ambulansnya diberhentikan. Sejumlah demonstran memeriksa isi ambulans dan menyatakan bahwa mobil tersebut kosong, meskipun kenyataannya ia dalam perjalanan menuju lokasi penjemputan pasien. Kericuhan terjadi, hingga spion kanan patah dan bodi kendaraan tergores. Akibat insiden ini, pasien yang seharusnya dijemput akhirnya dialihkan ke unit ambulans lain.
Sebagai bentuk solidaritas dan sikap atas insiden tersebut, sekitar 20 unit ambulans dari berbagai komunitas kemanusiaan seperti Lazismu, IKA UNS, Jojo Peduli, dan AKBM berkumpul di area SPBU Plesungan, Solo. Mereka tidak bermaksud memprovokasi, namun mengajak dialog demi menjaga marwah kendaraan darurat.
Rofi Imithan dari Forum Ambulans Sukoharjo menegaskan bahwa kedatangan mereka murni untuk menyuarakan keprihatinan dan membangun kesepahaman agar kejadian serupa tidak terulang.
Setelah melalui proses mediasi, dua sopir truk yang terlibat dalam insiden – berinisial SC dan T, warga Karanganyar – akhirnya diamankan dan dimediasi bersama perwakilan komunitas ambulans. Mereka menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan menyatakan siap bertanggung jawab.
Ketua Forum Ambulans Sukoharjo Bersatu (FAST), Wirawan, menyampaikan bahwa penyelesaian dilakukan secara damai. Kedua pelaku bersedia mengganti kerusakan seperti spion, bumper, dan power window. Mereka juga menandatangani surat pernyataan berisi komitmen untuk tidak mengulangi tindakan tersebut dan siap menerima konsekuensi hukum jika dilanggar.
Insiden ini menjadi cermin penting bahwa dalam menyuarakan aspirasi, ketertiban dan kepedulian terhadap kepentingan umum tetap harus dijaga. Ambulans bukan kendaraan biasa – ia membawa nyawa dan harapan.
Penyelesaian damai ini menjadi contoh bahwa konflik di jalanan bisa diselesaikan lewat dialog. Diharapkan, ke depan semua pihak dapat lebih mengedepankan empati dan komunikasi, terutama terhadap kendaraan yang membawa misi kemanusiaan.
Editor: (Red)