Berita Daerah

Rombongan Presiden Melintas di Tol Jagorawi Tanpa Sirene, Warganet Soroti Momen “Tot Tot Wok Wok”

379
×

Rombongan Presiden Melintas di Tol Jagorawi Tanpa Sirene, Warganet Soroti Momen “Tot Tot Wok Wok”

Sebarkan artikel ini

Bogor, SniperNew.id – Viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan rombongan Presiden Republik Indonesia (RI 1) saat melintas di ruas Tol Jagorawi, Bogor, pada Jumat (19/9). Video tersebut menjadi sorotan publik lantaran memperlihatkan iring-iringan Presiden melintas tanpa menggunakan sirene yang biasanya berbunyi khas dengan istilah populer “Tot Tot Wok Wok”.

Peristiwa ini diunggah salah satunya oleh akun infojawabarat di platform Threads. Dalam unggahannya, disebutkan bahwa rombongan Presiden melintas dengan tertib tanpa menimbulkan hiruk-pikuk suara sirene seperti biasanya. Hal ini memicu perhatian warganet, sebab pemandangan konvoi pejabat tinggi negara umumnya selalu identik dengan penggunaan sirene yang cukup keras untuk memberi tanda kepada pengendara lain.

Dalam video yang beredar, tampak beberapa pengendara motor pengawal memberi isyarat dengan tangan kepada pengendara lain di jalan tol agar sedikit menepi. Isyarat ini dilakukan dengan tenang, bahkan diiringi dengan gestur jempol sebagai bentuk komunikasi santun. Tak terlihat sirene meraung, hanya iring-iringan mobil dan motor pengawal yang melintas dengan lancar.

Fenomena ini sontak menimbulkan perbincangan di dunia maya. Banyak yang menilai pendekatan tanpa sirene ini lebih manusiawi dan tidak mengganggu pengguna jalan lain. Namun, sebagian juga menyoroti sisi keamanan dan efektivitas jalur protokoler yang biasanya diutamakan bagi Presiden.

Pihak yang terlibat dalam peristiwa ini adalah rombongan Presiden RI beserta pengawalannya. Walau identitas detail pengawal tidak disebutkan dalam unggahan, kehadiran pasukan pengamanan presiden (Paspampres) serta Polisi Lalu Lintas dapat dipastikan sebagai bagian dari iring-iringan resmi.

Sementara itu, pengguna jalan tol yang merekam kejadian juga turut menjadi bagian penting, karena merekalah yang kemudian menyebarkan momen ini hingga menjadi viral di media sosial. Akun infojawabarat mencatat bahwa video sudah ditonton ribuan kali hanya dalam waktu singkat.

Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat, 19 September 2025, saat rombongan Presiden melintas di ruas Tol Jagorawi, Bogor. Unggahan video di Threads disebut baru diunggah sekitar 23 menit sebelum tangkapan layar beredar, namun sudah mendapat ribuan tayangan.

Lokasi kejadian berada di Tol Jagorawi, salah satu jalur tol utama yang menghubungkan Jakarta, Bogor, hingga Ciawi. Jalur ini kerap digunakan oleh pejabat negara, termasuk Presiden, dalam perjalanan resmi maupun kunjungan kerja karena aksesnya yang cepat dan strategis.

Hal yang membuat momen ini menarik perhatian publik adalah absennya suara sirene yang biasanya selalu identik dengan iring-iringan VVIP. Warganet ramai membicarakan istilah “Tot Tot Wok Wok”, sebutan populer untuk bunyi khas sirene pengawalan.

Dengan tidak digunakannya sirene, perjalanan rombongan Presiden terlihat lebih tenang, tanpa membuat kaget atau mengganggu konsentrasi pengendara lain. Cara komunikasi pengawal yang hanya mengangkat tangan memberi tanda dan mengacungkan jempol juga dianggap lebih ramah serta membangun kedekatan dengan masyarakat.

Beberapa komentar warganet menilai langkah ini sebagai bentuk pendekatan baru yang patut diapresiasi. Di sisi lain, ada juga yang bertanya-tanya apakah keamanan Presiden tetap terjamin tanpa penggunaan sirene yang biasanya menjadi prioritas pengamanan jalur.

Berdasarkan keterangan unggahan infojawabarat, proses perjalanan berlangsung dengan lancar dan tertib. Iring-iringan pengawal terlihat tidak memaksa kendaraan lain menepi secara kasar, melainkan dengan bahasa tubuh sederhana. Kendaraan lain pun tampak merespons dengan baik, menepi sejenak untuk memberi jalan.

Pemandangan berbeda ini menjadi bahan perbincangan karena menampilkan wajah lain dari protokol pengawalan Presiden yang biasanya lebih ketat dan penuh bunyi sirene. Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak istana atau kepolisian terkait keputusan tidak menggunakan sirene dalam pengawalan tersebut.

Video yang beredar mendapat beragam respons. Sebagian besar warganet mengapresiasi ketertiban dan kesantunan pengawalan tanpa sirene. Ada yang berpendapat bahwa cara ini lebih menghormati pengguna jalan umum, karena tidak menimbulkan rasa panik atau terganggu.

Namun, tidak sedikit pula yang menyoroti faktor keamanan. Mereka menilai bahwa sirene justru penting untuk memastikan jalur benar-benar steril dan aman bagi Presiden. Meski demikian, sejauh ini tidak ada laporan insiden atau hambatan selama perjalanan berlangsung.

Fenomena ini membuka diskusi publik yang lebih luas tentang bagaimana seharusnya protokol pengawalan pejabat negara diterapkan. Apakah perlu selalu menggunakan sirene keras, ataukah bisa dilakukan dengan cara lebih humanis?

Dalam konteks aturan lalu lintas, penggunaan sirene dan lampu rotator memang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kendaraan bermotor yang mendapat hak utama di jalan, termasuk Presiden, diizinkan menggunakan fasilitas ini. Namun, undang-undang tersebut tidak mewajibkan penggunaan sirene setiap saat, sehingga teknisnya bisa disesuaikan dengan situasi lapangan.

Bisa jadi, keputusan tidak menggunakan sirene di momen ini merupakan strategi tertentu, baik demi kenyamanan publik maupun sebagai bentuk komunikasi simbolis bahwa Presiden ingin lebih dekat dengan masyarakat.

Peristiwa iring-iringan Presiden di Tol Jagorawi tanpa sirene “Tot Tot Wok Wok” menjadi viral karena menampilkan wajah baru dalam pengawalan VVIP. Meski menuai pro dan kontra, momen ini menunjukkan bahwa ada alternatif cara dalam menjaga keamanan dan kelancaran perjalanan pejabat negara tanpa harus mengganggu pengguna jalan lain.

Publik kini menantikan klarifikasi resmi dari pihak Istana atau aparat terkait, apakah ini merupakan kebijakan baru atau hanya situasional. Yang jelas, momen ini berhasil menarik perhatian ribuan pasang mata di media sosial dan memicu diskusi lebih luas tentang gaya pengawalan di Indonesia. (Ahm/abd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *