Lampung, SniperNew.id — Seorang pengguna media sosial dengan akun @zulkhar_khan baru-baru ini mengunggah curahan hati di platform Threads, menyoroti ketimpangan harga hasil pertanian antara petani dan pasar. Unggahan tersebut menarik perhatian warganet dan menuai berbagai tanggapan, Rabu (29/10/25).
Dalam unggahannya, @zulkhar_khan menulis. “Bener gak sih, kek dunia gak adil banget. Kayaknya kalau di dunia ini gak ada petani, kita bisa mati kelaparan deh. Kok dengan mudahnya mereka membuat harga jual di pasar tinggi, tapi gak mikirin gimana nasib para petani. Kayak kemarin yang sampai demo para penanam singkong di Lampung, padahal Lampung itu penanam singkong terbesar, tapi dihargai murah banget, gak sepadan dengan modal mereka menanam dan merawatnya. Tapi pas dijual ke pasar, malah dijual tinggi.”
Unggahan tersebut juga disertai gambar bertuliskan “Pejuang Monetisasi — Suka Kasian Ngelihat Para Petani (Apapun Jenisnya)”, sebagai bentuk empati terhadap nasib petani di Indonesia.
Postingan itu pun menuai berbagai komentar dari pengguna lain. Akun @oday_bettafish menanggapi.
“Info mentah di-post, aduh. Alangkah baiknya dalami dulu cara kerjanya. Kalau bisa, fokus aja ke kerjaan yang otot dan otak bisa nyampe aja, bree. Jangan karena males bergerak dan berpikir, lu beranggapan cuma modal jari bisa menghasilkan.”
Sementara itu, akun @laundrypuluraja berbagi pengalaman pribadi, “Aku pernah ikut panen mbahku dulu. Kacang tanah per kilo 600 perak dijual ke penadah, sampai pasar udah 2000/kg. Sedih banget, tapi Rasulullah SAW sudah bersabda, jika ingin kaya berdaganglah.”
Komentar lain datang dari @boleboleafood yang menyoroti perlunya kesepakatan harga, “Boleh gak sih kalau nominal harga mitra disepakati bersama untuk pasaran, biar mitra ngasih harga yang sewajarnya?”
Sedangkan akun @mmatfajar menambahkan, “Ongkos cuci-cuci cabai sama packing-nya tembus 4.000,”
dan @sandi18905 menulis singkat,
“1 kg 7000.”
Unggahan tersebut menjadi refleksi kondisi nyata yang sering dialami para petani di Indonesia, di mana harga jual di tingkat petani tidak sebanding dengan harga pasar.
Sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik, berita ini ditulis dengan menjaga akurasi, keseimbangan informasi, dan tanpa mengubah makna dari pernyataan para narasumber daring.
Penulis: (Iskandar).












